Tahapan rupadatu adalah pertempuran antara yang baik dan buruk, benar dan salah, indah dan jelek.
Kesadaran yang berperang untuk saling mengalahkan itu menyelusup ke dalam lipatan, tikungan, lapisan serta detail kesadaran yang tidak mudah dibahasakan.
Optimisme dan persaudaraan sejati mulai menemukan bentuknya, tapi mudah "ambyar" oleh dorongan ambisi sesaat.
Ketika manusia berhasil mengalahkan keburukan, kesalahan, kejelekan, serta mengendalikan detail lembut nafsu dan ambisinya, ia melangkah ke tahapan selanjutnya. Naik ke atas, menuju kesadaran sejati. Ia melebur ke dalam zat yang tanpa definisi, tanpa rupa: arupadatu.
Jiwanya menemukan keheningan yang penuh. Nafsunya berada dalam keheningan muthmainah. Ia siap menerima pencerahan agung. Inilah manusia sejati. Optimismenya sejati. Persaudaraannya sejati.
Manusia yang Sepenuhnya Sadar
Ia menyadari seutuhnya bahwa dirinya adalah manusia. Ia menemukan identitas sejati. Karena ia sadar penuh bahwa Dirinya adalah manusia, maka ia memberlakukan orang lain sebagai sesama manusia. Sikap dan budinya penuh kasih sayang, baik kepada orang lain maupun kepada semua makhluk.
Optimisme yang sejati lantas dibagikan kepada sesama manusia agar tercipta tali persaudaraan yang sejati. Ia menjadi cahaya yang menerangi lingkungan di sekelilingnya.
Jadi, puncak pradaksina, perjalanan berkeliling mulai dari kamadatu, rupadatu ke arupadatu adalah siapa yang mengenali dirinya sebagai manusia sejati akan mengenali zat yang tanpa definisi.
Pencerahan agung ditandai oleh berlimpahnya kasih dan sayang diri arupadatu kepada manusia dan semua makhluk. Ia pun lahir kembali sebagai Budha.
Selamat Hari Waisak 2020