Meski di rumah aja kita tetap bisa berbagi. Masker kain siap di-packing. "Buat petugas keamanan siap dikirim ya," ucapnya. Shoot teks, "Untuk kalian / yang berjuang / dari kami yang / #dirumahaja", menguatkan narasi sebelumnya.
Bersama orang yang kita cintai pun kita tetap bisa berbagi. Jarak tidak memisahkan kita. "Tetap berbagi energi walau tak bisa langsung bertemu." Fasilitas teknologi informasi membantu kita bertatap muka dengan mereka.
Saling menanyakan kabar, "Sehat ya, Bu?" rasanya cukup menenteramkan hati. Ya, kesehatan adalah nikmat termahal yang dianugerahkan Tuhan. Ini mengandung pesan tersirat, di tengah pandemi, selain kecukupan pangan, kesehatan keluarga menjadi kebutuhan primer.
TVC Ramadan Pertamina 2020 cukup aktual di tengah situasi ketika masyarakat harus berada di rumah saja. Alur ceritanya singkat namun padat oleh pesan kebaikan. Apalagi, kita juga membutuhkan energi positif untuk berjuang bersama menghadapi situasi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Energi yang tulus tanpa henti ini tak bisa dibatasi oleh dinding ruang dan sekat waktu. Dari rumah kita masing-masing kita menebar energi kebaikan.
Sayangnya, iklan bertajuk "Energi yang Tulus Tanpa Henti" menampilkan scene yang terlalu ideal. Tidak semua lapisan masyarakat memiliki kehidupan yang mapan. Mereka adalah pengguna energi gas 3 kg cap "melon". Kelas sosial ekonomi ini paling merasakan dampak pandemi.
Energi berbagi yang dijalankan oleh keluarga yang relatif mapan secara ekonomi rasanya wajar dan memang seharusnya demikian. Yang berkelebihan menolong yang kekurangan.
Pengguna produk Pertamina adalah semua lapisan masyarakat. Energi yang tulus tanpa henti akan lebih menyentuh hati manakala endorser ditata dalam scene kehidupan sosial ekonomi kelas bawah.
Tampaknya, TVC Ramadan Pertamina 2020 menekankan efektivitas iklan yang membawa pesan utama agar masyarakat disiplin melakukan aktivitas di rumah saja. Berbagi energi menjadi pesan berikutnya. Meski berada di rumah, kita bisa berbagi energi kebaikan.