Beberapa teman alumni SMP malam itu berkumpul di rumah saya. Ini bukan temu kangen. Bukan pula acara pra reuni. Ramadan tahun ini kami sepakat tidak mengadakan buka puasa bersama. Agenda rutin selama dua tahun terakhir ini terpaksa ditiadakan.
Sebagai gantinya teman-teman menggalang donasi untuk berbagi kebutuhan pokok. Rencananya, 900 paket sembako gratis akan dibagikan kepada sesama teman alumni yang membutuhkan. Sasaran lainnya adalah keluarga terdampak Covid-19.
Sembilan ratus paket sembako bukan jumlah yang sedikit. Untuk itu, schedule kegiatan dirancang. Mulai agenda belanja bahan-bahan kebutuhan pokok, pengemasan, pendataan penerima, pengemasan hingga pembagian bantuan.
Informasi pertama yang perlu segera diperoleh adalah harga kebutuhan pokok. Walaupun belanja kebutuhan pokok ini bukan untuk konsumsi pribadi, informasi harga yang kabarnya naik turun tetap perlu dipantau.
Hal itu terkait dengan alokasi dana yang akan dibelanjakan. Syukur mendapatkan harga yang relatif murah sehingga target sembilan ratus paket dapat terpenuhi.
Yang bikin pusing adalah beberapa kebutuhan pokok seperti gula pasir harganya naik gila-gilaan. Kenaikan harga gula di Pasar Legi Jombang dimulai bahkan sejak bulan Februari. Saat itu, harga gula pasir mencapai Rp. 18.000 per kilo.
Harga gula pasir sempat turun pada pertengahan April menjadi Rp 17 ribu per kilo. Harapannya, harga gula pasir akan turun secara bertahap  dan kembali stabil pada harga Rp12 ribu per kilo.
Bagaimana dengan harga beras? Menurut Amir Hakim, salah satu pedagang di Pasar Pon Jombang, harga beras juga turun. Beras Ciherang atau beras baru yang sebelumnya Rp 10 ribu per kilo, kini turun Rp 9.300 per kilo.
Harga beras Bramu dan beras kemasan harganya relatif stabil. Beras Bramu dijual Rp 10.700 per kilo. Sedangkan beras kemasan harganya sesuai merk. Harganya rata-rata Rp. 60 ribu per kemasan 5 kilogram.
Tampaknya harga beras dan gula pasir di Jombang akan bertahan pada kisaran Rp 10 ribu per kilo dan Rp 17 ribu per kilo.
Meski beberapa harga sembako mengalami penurunan, Pasar Pon di Jombang sepi pembeli. Hal ini akibat pandemi corona. Padahal, menjelang bulan puasa Ramadan biasanya pasar ramai oleh pembeli.
Kondisi ini berkebalikan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun lalu, walaupun harga kebutuhan pokok merangkak naik menjelang bulan puasa, pembeli cukup ramai. Sekarang, harga turun pembeli tetap sepi.
Kita bisa memantau harga kebutuhan pokok kota kabupaten di Jawa Timur melalu siskaperbapo.com. Di kabupaten Jombang, Selasa (28/4/2020), harga beras Bengawan per kilo Rp 10.900. Beras jenis IR 64 harganya Rp 9.583 per kilo. Harga beras Mentik Rp 10.666 per kilo.
Menurut daftar harga siskaperbapo.com, gula pasir dalam negeri di Jombang harganya Rp. 16.750 per kilo, Selasa (28/4/2020). Pada hari yang sama, harga tertinggi gula pasir dalam negeri di Kabupaten Sampang, yaitu Rp 18.250 per kilo. Harga gula pasir terendah Rp. 16.333 di kota Madiun.
Bagaimana dengan harga cabe merah besar biasa? Â Pada Selasa (28/4/2020), dari 38 kota/kabupaten di Jawa Timur harga rata-rata cabe merah besar biasa per kilo adalah Rp 21.544. Harga rata-rata tertinggi di Kabupaten Probolinggo, yakni Rp 30.666. Sedangkan harga rata-rata terendah di Kabupaten Bojonegoro, yakni Rp 13.000. Adapun harga cabe merah besar biasa di Kabupaten Jombang Rp. 20.666 per kilo.
Dari 38 kota/kabupaten di Jawa Timur harga rata-rata cabe rawit per kilo adalah Rp 21.095. Harga rata-rata tertinggi di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Magetan sebesar Rp. 29.333. Harga rata-rata terendah di Kabupaten Banyuwangi sebesar Rp 15.000. Di Kabupaten Jombang harga cabe rawit per kilo sebesar Rp 17.833.
Melalui tulisan ini saya tidak bermaksud menambang pusing kepala kita dengan laporan daftar harga kebutuhan pokok. Saya sekadar mengabarkan bahwa di tengah naik turunnya harga kebutuhan pokok, daya beli masyarakat tengah mengalami penurunan.
Situasi saat ini tidak cukup diselesaikan dengan empati. Kita harus bergerak: saling menguatkan, saling membantu, saling menolong. Saya pun turut berbagi semangat kepada teman-teman alumni SMP yang bergerak menggalang donasi.
"Kalau masyarakat saling menguatkan dan membantu dengan berbagi masker, memberi sembako gratis atau saling membeli dagangan sesama pedagang kecil, itu semua bukan hasil dari prestasi kepemimpinan politik atau hasil kerja kepemerintahan.
Kepedulian sesama warga itu merupakan hasil rasa kemanusiaan dan jiwa sedekah yang tumbuh di hati rakyat kecil."
Bangsa Indonesia yang dikenal tangguh di segala medan dan cuaca kini mengalami ujian. Soal ketangguhan survival, bangsa Indonesia memang jago. Mereka bisa tertawa dalam kesedihan. Kaya dalam kemiskinan. Kenyang dalam kelaparan. Bergembira dalam kesedihan. Merasa terang benderang dalam kegelapan.
Itu semua---maaf beribu maaf---juga bukan hasil dari prestasi kepemimpinan nasional, melainkan berkat ketangguhan "DNA" bangsa Indonesia yang disayang Tuhan.[]
Jagalan, 290420
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H