Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karena Pohon dan Hewan adalah "Saudara Tua" Manusia

2 Maret 2020   22:31 Diperbarui: 2 Maret 2020   22:43 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atau jangan-jangan konotasi negatif terhadap hukum rimba merefleksikan tata sosial kehidupan kita sendiri yang makin jauh dari kemanusiaan yang adil dan beradab?

Masyarakat tradisional tidak mengenal mitologi atau klenik. Tidak ada gugon tuhon. Itulah "etika lingkungan" yang harus diugemi oleh anak cucu demi menjaga dan menghormati "saudara tua".

Ini bukan sekadar larangan menebang pohon beringin di pinggir desa yang katanya ada penunggunya. Bukan pula sekadar larangan menembak kera di hutan larangan supaya tidak kualat. Atau ketika mobil Anda melindas seekor kucing sampai mati disarankan agar melakukan slametan.

Berbeda dengan manusia modern yang tengah melakukan rasionalisasi terhadap pikirannya sendiri---walaupun aslinya tidak rasional---agar bebas menjarah kandungan alam, seraya menafikan etika andap asor terhadap lingkungan. Semacam pembenaran yang diilmiah-ilmiahkan. Lalu, lahirlah istilah klenik, mitos, takhayul dan sebagainya.

Ternyata suku pedalaman yang hidup di tengah hutan belantara lebih logis, lebih rasional, lebih bijaksana saat "bersuami istri" dengan alam. Sementara kita selalu ribut setiap tahun saat musim penghujan datang. Siapa yang aslinya tidak beradab?

Baiklah. Selain hewan kesayangan, ternyata kita juga memiliki tanah kesayangan, pohon kesayangan, air kesayangan, udara kesayangan, matahari kesayangan, ozon kesayangan...

Saya pikir anak saya sudah lelap tertidur. Ia nyeletuk bertanya, "Kenapa manusia suka merusak alam, Pak?"

Saya terdiam. Jawabannya bisa sangat panjang, Nak, batin saya.[]

Jagalan Pebruari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun