Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karena Pohon dan Hewan adalah "Saudara Tua" Manusia

2 Maret 2020   22:31 Diperbarui: 2 Maret 2020   22:43 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah hewan bisa hidup tanpa manusia?" dia bertanya.

"Menurut Adik bagaimana?" saya balik bertanya.

"Tidak bisa."

"Kenapa?"

"Tiap hari kita memberi makan Jacky. Kalau tidak diberi makan Jacky bisa mati," katanya.

Demikianlah mengobrol santai dengan anak memang membahagiakan.

Pelan-pelan saya menyampaikan bahwa pohon dan hewan bisa hidup tanpa manusia. Sebaliknya, manusia tidak bisa hidup tanpa pohon dan hewan. Manusia juga bisa mati tanpa ketersediaan air, udara dan bahan makanan yang mencukupi.

Kita sangat memerlukan udara bersih, air bersih, makanan bersih yang disediakan alam. Bahkan tanah tempat kita berpijak tetaplah menjadi tanah yang berjodoh dengan air dan akar pepohonan. Mustahil kita bertahan hidup tanpa tanah, air, udara dan akar pohon.

Siapa yang Sesungguhnya Tidak Beradab?

Hubungan kita dengan hewan kesayangan bukan sebatas karena ia jinak. Lebih dari itu. Semua unsur alam semesta di luar diri kita adalah saudara tua yang wajib dijaga keseimbangan sunnatullah-nya. Sebagai saudara muda kita bahkan harus menerapkan tata krama, sopan santun dan prinsip etika andap asor.

Pada konteks yang lain, kita juga perlu membenahi persepsi pikiran, misalnya tentang "binatang kesayangan", "binatang buas", "hukum rimba". Apakah karena Singa memangsa Kijang lantas ia dikatakan sebagai buas? Apakah karena Kambing makan rumput ia tidak menyandang status buas? Mengapa hukum rimba dikonotasikan sebagai mekanisme hukum yang kejam dan tidak adil? Padahal hukum rimba di "alam binatang" berlaku secara telanjang, apa adanya, dan seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun