Ironisnya, darurat kepemimpinan selain berlaku pada skala sosial, juga menuding diri kita pada skala individual. Sebagai pribadi kita turut menyumbang "polusi gembelengan" di lingkungan kita masing-masing.
Kita ambil satu fakta. Kualitas udara di sekitar kita semakin memburuk. Pabrik-pabrik menyemprotkan asap ke langit. Kendaraan pribadi makin memadati jalan-jalan. Kandungan konsentrat PM 2,5 di Indonesia meningkat.
Pada Juli 2019, Jakarta "dinobatkan" sebagai kota dengan polusi udara paling tinggi sedunia. Menurut Air Visual, tingkat kualitas udara Jakarta berdasarkan parameter PM 2,5 mencapai 160 mikrogram per meter kubik.
Idealnya, ambang batas PM 2,5 di udara dalam kurun 24 jam, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebesar 25 mikrogram per meter kubik.
Ini persoalan bukan mengancam Jakarta saja. Anda yang tinggal di perdesaan di sebuah kecamatan pinggiran tengah diintai persoalan yang sama. Manusia gembelengan menebar teror bagi manusia yang lain.Â
Apakah kita menjadi bagian dari manusia gembelengan yang mengirimkan dua kematian sekaligus, yakni kematian kita sendiri dan kematian orang lain?[]
Jagalan 240919