Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kantin Kejujuran, Apa Kabarmu?

20 Desember 2018   10:54 Diperbarui: 21 Desember 2018   02:15 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantin kejujuran | Sumber ilustrasi: Kompas.com

Syok teman saya. Ia tidak menyangka peserta didik yang "bau kencur" itu memiliki inisiatif yang canggih. Saya melakukan  "interogasi" kecil-kecilan dengan anak itu. Hasilnya, bentuk soal ujian berbasis android adalah multiple choice.

Bagaimana, hebat bukan? Bahkan sangat-sangat hebat saat pendidikan kita tergiring oleh kesan canggih yang sesaat tapi menyesatkan. Saya benar-benar tidak paham: ujian berbasis android menggunakan bentuk soal multiple choice yang setiap informasi jawabannya telah tersedia begitu sempurna di Google.

Sekolah yang didominasi oleh pengajaran akan terjebak pada parameter penguasaan skill. Sedangkan peserta didik zaman now memiliki skill teknologi yang "getarannya" telah terbangun sejak mereka berada dalam kandungan ibu.

Fakta pengalaman kawan saya menunjukkan betapa masih sangat minim kesadaran berteknologi di kalangan stakeholder sekolah. Kesadaran yang dihidupi oleh keutuhan cara berpikir, ke-jangkep-an sikap berpikir serta keotentikan mengambil keputusan. Softskill terakhir ini akan dimiliki peserta didik kalau sekolah hadir sebagai tempat mendidik.

Kalau sekadar membekali peserta didik dengan kemampuan skill membaca dan menghitung, skill menjawab soal di handphone, skill trik cepat menyelesaikan soal ujian--saran Gede Raka, guru besar Institut Teknologi Bandung, bahwa kita perlu membenahi cara pandang yang memperlakukan sekolah sebagai pabrik, tidak salah.

Jelas sudah, kematian Kantin Kejujuran adalah kematian pendidikan, kematian martabat kemanusiaan.[]

Jombang, 20 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun