“Setiap kejernihan dan pencerahan yang kita terima adalah daya untuk membuka mata sehingga penglihatan kita makin bening. Cara berpikir menjadi terang. Cara memandang fakta menjadi utuh kembali. Itulah sebabnya aku menjumpai beragam pertentangan yang berkompromi dengan kepentingan sesaat.”
Panjang lebar sahabat saya mengurai common sense, paradoksal sikap berfikir, kesesatan cara memandang persoalan, dan berbagai penyakit yang disadari bukan sebagai penyakit.
“Tulisan tentang THR ala anak-anak ngaji itu adalah ungkapan syukur bahwa aku diberi kesempatan belajar kepada anak-anak. Hanya itu, tidak ada yang lebih,” ungkap saya.
“Justru itu aku menjadi paham dan mataku melihat lebih gamblang, katakanlah tentang lembaga pendidikan yang dikelola untuk mencerdaskan anak bangsa ternyata adalah mesin ekonomi bagi segelintir kepentingan perseorangan.”
“Kamu berdaulat dengan kesimpulanmu dan aku pun berdaulat untuk tidak terseret kepentingan serupa itu.”
Dalam hati saya berdoa, semoga malam ini adalah malam lailatul qadar. Malam pencerahan yang lebih baik dari seribu malam pencerahan.
Cahaya pencerahan yang meneguhkan bahwa untuk berjuang mewujudkan sense of purpose kita diperkenankan untuk tidak terseret arus utama hegemoni kepentingan di sekitar kita. Tidak terjebak ke dalam kerangkeng pencitraan yang bersifat paradoks. Tidak didekte oleh suara-suara ghibah dan rasan-rasan yang negatif.
Untuk mewujudkan sense of purope dibutuhkan character strength yang tidak main-main. Apa itu character strength? Ialah personalitas yang teguh, kukuh, independen, berani berbeda dalam menyikapi isu, tegas bersikap, namun tetap mengakomodasi perubahan menuju situasi yang lebih baik dan bermakna.
Teringat saya oleh sosok Muhammad Ali. Ia adalah figur yang memiliki character strength mengagumkan. Salah ungkapan yang hidup dan terngiang hingga kini, Muhammad Ali menyatakan, "Saya tahu apa yang benar dan apa yang saya perjuangkan. Saya tidak harus menjadi orang lain seperti yang Anda inginkan. Saya bebas menentukan jati diri saya sendiri."
Karakter pribadi yang kuat akan menopang kita mewujudkan gagasan perjuangan. Seorang pengabdi, pejuang pendidikan, penggerak kejumudan, pelopor perubahan, dalam lingkup terkecil sekalipun, selalu diisi oleh figur pribadi yang berkarakter tangguh. Pribadi yang menjadi dirinya sendiri.
Dan keteguhan itu hampir bisa dipastikan akan selalu diawali oleh kesanggupan melihat yang tidak bisa dilihat oleh kebanyakan orang. Menurut teori manajemen perubahan, seseorang yang sanggup melihat adanya kesenjangan antara fakta ke-kini-an dengan fakta yang hendak dicapai di masa depan.