“Kegiatan Greenleaders menjadikan kita mengerti dan memahami pentingnya menghormati dan menghargai sesama makhluk. Pantang menyerah dan pantang putus asa. Senantiasa bersyukur akan nikmat sekecil apapun yang telah diberikan kepada kita. Kami ingin menyuburkan tanah kami, memperbanyak pembibitan tanaman yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan kita,” tulis Dimas Vega siswa kelas 9.
Apa yang digagas dan dikerjakan oleh SMP Al Karamah melalui LDK bertema Greenleaders sungguh indah. Sangat indah bahkan. Memang, sekolah bukanlah penjara, di tengah praktek pendidikan yang justru memenjara. Sekolah bukan tempat anak-anak bodoh yang dididik agar menjadi pintar. Juga bukan ruang-ruang kelas eksklusif yang mengurung siswa dan menggiring atmosfir sikap berpikir bahwa dirinya lebih unggul, lebih maju, lebih wah, lebih hebat daripada siswa lainnya. Bila hal ini terjadi, sungguh, bukan sikap percaya diri namanya. Itu kesombongan di tengah pluralitas makhluk-Nya.
Mata pelajaran di sekolah yang selalu diberikan secara formal apalagi untuk sekedar mengejar KKM akan menyisakan jiwa-jiwa yang kering dan dahaga. Siswa yang cara berpikirnya nyaris linier total. Maka, menjadi begitu indah tatkala siswa diajak turun ke bawah, memegang tanah, mengaduk lumpur, mandi keringat bersama warga desa dalam kebersahajaan komunikasi, memaknai hidup secara apa adanya.
Sekolah tidak boleh tercerabut akarnya dari lingkungan tempat dimana ia berpijak. []
(Pong Sahidy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H