Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Latihan Dasar Kepemimpinan, Berbagi Harapan di Dusun Bajulmati

18 Januari 2016   01:00 Diperbarui: 18 Januari 2016   01:20 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat pukul 22.00 WIB rombongan SMP Al Karamah Peterongan Jombang berangkat ke dusun Bajulmati desa Gajahrejo Kec. Gedangan Malang. Rombongan lima belas siswa dan enam orang guru bukan hendak rekreasi. Mereka sedang menjalankan program Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK). Memilih dusun Bajulmati yang terpencil di wilayah Malang selatan untuk materi LDK, sungguh tidak lazim.

“Kami bukan hendak bersenang-senang atau sekedar menghabiskan anggaran,” ungkap Alfian Rosyid, Kepala SMP Al Karamah. “Bajulmati dipilih karena sejalan dengan visi sekolah yang berkomitmen menjalankan program Adiwiyata.”

Menempuh perjalanan tengah malam melintasi wilayah Ngantang, Batu, sampai memasuki kota Malang lumayan lancar. Rombongan tidak dihambat oleh kemacetan. Agaknya keramaian kota Batu dan Malang terutama pada pagi hingga menjelang tengah malam menjadi pertimbangan lebih baik memilih perjalanan pada malam hari. Selain itu selama di perjalanan siswa dan guru bisa nyicil tidur secukupnya.

Seperti rencana awal rombongan tidak langsung menuju dusun Bajulmati. Transit di masjid Sendangbiru menjadi pilihan agar peserta LDK bisa istirahat sambil menunggu waktu shalat Shubuh tiba. Di langit bintang berserakan  saat pukul 03.50 rombongan SMP Al Karamah tiba di masjid Sendangbiru. Udara shubuh yang segar. Ada waktu tigapuluh menit sebelum shubuh untuk meluruskan punggung atau bersih diri. Beberapa siswa ada yang langsung kembali menyambung tidur di teras masjid. Ketika adzan shubuh terdengar beberapa guru membangunkan siswa agar cepat wudlu dan bersiap shalat shubuh. 

Langit meremang cahaya pagi. Rombongan siap melanjutkan perjalanan. Sekitar lima belas menit waktu perjalanan dari Sendhangbiru menuju dusun Bajulmati. Di pagi hari yang cerah dan segar menyusuri jalan berkelok yang diapit perbukitan sungguh menghilangkan kantuk dan penat. Sepontan komentar ketakjuban terlontar dari siswa. Ini kali pertama mereka menikmati eloknya pemandangan menuju dusun Bajulmati.

Ini belum apa-apa. Jembatan Harapan sudah menunggu di depan. Biasanya mereka yang pertama kali tiba di jembatan Harapan akan menemukan sensasi tersendiri. Bagaimana tidak: ini jembatan membelah sungai yang bertemu dengan muara pantai Ungapan. View-nya tergolong istimewa. Di kaki gunung yang seolah berdiri tegak kita disuguhi muara dengan air yang hijau membiru, mengalir tenang, bercumbu dengan bibir pantai Ungapan.  Lokasi yang cukup menggoda untuk foto bersama atau selfie sepuasnya.  

Mereka tidak kuasa menyembunyikan sensasi perasaannya ketika tiba di jembatan Harapan. Para siswa pun heboh. Aspirasi mereka satu: kita turun dan foto bersama. Pukul 06.00 para siswa dan guru menikmati suguhan panorama jembatan khas Bajulmati. Bersama Kang Shohibul Izar, pengabdi dan penggiat pendidikan di Bajulmati, saya menjemput rombongan SMP Al Karamah.

Jembatan Harapan memang indah. Menyatu dengan bukit, sungai, dan muara. Tapi sayang, tangan-tangan jahil merusaknya dengan meninggalkan coretan-coretan yang sangat tidak enak dipandang.

Ada pemandangan menarik saat saya menemani siswa dan guru SMP Al Karamah menikmati sarapan pagi di pantai Ungapan. Usai sarapan gelas air minum kemasan dan bungkus nasi mereka kumpulkan. Empat orang siswa menampungnya di tempat sampah. Sementara di pasir pantai Ungapan pagi itu saya menyaksikan jejak sampah yang tercecer dari pengunjung. Ironi memang, ketika sebuah pantai di laut selatan yang indah didatangi oleh manusia kota, bermobil, lalu pergi begitu saja meninggalkan jejak sampah.

Di rumah Kang Shohibul Izar sekaligus posko kegiatan siswa dan guru menikmati sajian teh hangat, kopi panas, dan ketela rebus. Sajian khas orang dusun. Suasana menjadi semakin akrab dan nyaman ketika Kang Mahbub Junaidi melontarkan joke-joke andalannya. Gelak tawa memenuhi ruangan tidak begitu luas yang  dipenuhi rak dan buku, peralatan sekolah anak dusun, dan perabot kegiatan lainnya.

Saya menyebut rumah dan ruangan ini sebagai tempat yang multimanfaat: dimana hampir semua gagasan, program kerja, musyawarah gerakan pemberdayaan warga dusun Bajulmati dibahas di ruangan yang luasnya tidak lebih dari 4 x 6 m. Ini ruangan juga menjadi tempat anak-anak paud belajar di pagi hari. Menjelang jam makan menjadi ruang makan bagi para tamu. Menjelang jam istirahat malam menjadi ruang tidur.

Perjalanan selama hampir enam jam dari Jombang menjadi terbayar oleh keramahan warga serta kehangatan sambutan Kang Izar dan Kang Mahbub. Penat hilang seketika. Waktu menunjukkan pukul 08.00. Pak Alfian segera membuka pengantar kegiatan LDK yang akan diselenggarakan selama dua hari.

Dalam sambutan pembuka Pak Alfian menyampaikan kulonuwun kepada warga dusun, khusunya Pak Izar dan Pak Mahbub, mohon perkenan siswa dan guru SMP Al Karamah belajar di dusun Bajulmati. “Saat ini kita dianugerahi kesempatan yang istimewa. Kepada warga dusun Bajulmati, Pak Izar, Pak Mahbub, kita belajar bukan hanya bagaimana bertahan hidup, tetapi juga memaknai hidup. Hidup kita akan bermakna tatkala yang kita pikirkan bukan semata kepentingan diri sendiri tetapi juga memberi manfaat pada orang lain dan lingkungan. Sikap seorang pemimpin adalah bagaimana ia peka dan bekerja keras untuk memberdayakan orang lain,” ungkap Kepala SMP Al Karamah.

Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) SMP Al Karamah Peterongan Jombang dikemas dengan tema Greenleadrs. Ada tiga agenda kegiatan yang diusung: mangrovisasi, writing camp, pengolahan bank sampah. Di setiap agenda siswa ditantang agar menemukan makna dari materi yang diikutinya. Bukan hanya makna dari kegiatan yang terangkum dalam tiga agenda itu saja – mereka telah dibekali sikap peka, cara berpikir, dan kesantunan bersosialisasi dengan warga dusun agar selama dua hari itu butiran-butiran hikmah dan local wisdom berhasil mereka petik.

Di sela-sela sambutannya Pak Izar berpesan pada peserta LDK agar gemar menebarkan salam pada warga dusun. Salam yang dimaksud adalah sapaan sederhana khas orang jawa: monggo. Nyaris tidak pernah ditemukan warga dusun Bajulmati yang bersikap tidak ramah pada orang lain. Kenal atau tidak kenal sapaan monggo, badhe ten pundi, pinarak menjadi salam keseharian warga.

Para siswa dan guru sudah mengenakan pelampung. Agenda pertama adalah mangrovisasi di sepanjang sungai Bajulmati dan muara pantai Ungapan. Pak Izar memaparkan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan. Menanam mangrove merupakan salah satu upaya agar habitat sungai dan muara tetap terjaga keseimbangannya.

“Pohon bakau ini bisa menyerap polutan di sepanjang sungai dan muara. Akar pohon bakau akan mempercepat penguaraian limbah organik yang terbawa aliran sungai hingga ke wilayah muara dan pantai. Polutan yang paling sering dijumpai di air sungai adalah bahan kimia seperti minyak dan deterjen. Bahan kimia itu akan cepat terurai apabila di sepanjang sungai dan muara tumbuh banyak pohon bakau,” ungkap Pak Izar.

Prinsipnya pohon dapat hidup tanpa manusia dan sebaliknya manusia tidak bisa hidup tanpa pohon. Ada sejuta manfaat yang dihasilkan oleh hutan bakau. Pagi ini team Greenleaders SMP Al Karamah siap melakukan aksi nyata menjaga lingkungan hutan bakau. Sudah disiapkan bibit bakau siap tanam. Dengan mendayung sampan lima siswa meluncur membelah sungai yang dikelilingi hutan mangrove. Mereka mendayung secara berkelompok menuju titik kritis tempat dimana pohon bakau akan ditanam.

Tiba di lokasi kembali Pak izar dan kawan-kawan Bajulmati memandu siswa menanam bakau. Ada dua lokasi yang dipilih yaitu tepi sungai dengan kondisi tanah becek (tidak berair penuh) dan muara. Pembuatan lubang di tanah bisa menggunakan tangan atau alat bantu sedalam 15 cm atau seperempat bagian bibit bakau. Polybag dibuka atau dirobek untuk mempermudah pertumbahan akar. Setelah ditanam lubang ditutup kembali dengan subatrat atau kalau perlu bibit bakau diikat dengan kayu agar tegak. Mengingat pohon bakau hidup di wilayah yang bersinggungan langsung dengan pasang surut air laut.

Tentu sangat banyak kesan dan pengalaman seharian menyusuri sungai dengan perahu dan berlumpur-ria menanam bakau. Rampung dengan agenda seru yang sarat makna itu siswa SMP Al Karamah diberi kesempatan menuangkannya dalam tulisan. Bertempat di TK Harapan Bajulmati, di bawah pepohonan yang merapat-rindang, siswa bebas memilih tempat untuk menumpahkan pengalaman mereka.   

Silvia, kelas 9 menulis, “Yang akan selalu saya ingat adalah pesa Pak Izar, pohon tidak memerlukan manusia untuk hidup, tapi manusialah yang memerlukan pohon agar tetap hidup. Pesan inilah yang menjadi pendongkrak semangat saya agar selalu mencintai dan menjaga lingkungan.”

Eka Laila siswa kelas 9 agaknya terpukau dengan kecantikan panorama dusun Bajulmati. “Yang saya kagumi dari dusun Bajulmati adalah keindahan alamnya. Hutan yang lebat dengan pepohonan rindang. Sungai yang jernih. Suara burung di sepanjang hutan saat saya menyusuri sungai dengan perahu. Semua itu membuat Bajulmati terasa indah dan nyaman. Belum lagi pesona laut dan pasir putih di pantai Leter. Tidak heran hal itu membuat orang dari luar daerah ingin mengunjungi dan menikmati langsung keindahannya. Satu hal membuat saya betah tinggal di dusun Bajulmati adalah warganya begitu ramah dan sopan. Waktu dua hari terasa amat singkat untuk berkegiatan bersama warga di sini.”

“Kegiatan Greenleaders menjadikan kita mengerti dan memahami pentingnya menghormati dan menghargai sesama makhluk. Pantang menyerah dan pantang putus asa. Senantiasa bersyukur akan nikmat sekecil apapun yang telah diberikan kepada kita. Kami ingin menyuburkan tanah kami, memperbanyak pembibitan tanaman yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan kita,” tulis Dimas Vega siswa kelas 9.

Beragam ekspresi dan ungkapan siswa yang tertulis di lembar kerja mereka. Semuanya sepakat bahwa merusak lingkungan merupakan tindakan bodoh orang yang terpelajar. Mengecam dan memaki bukanah tindakan yang bijaksana . Harus ada perilaku nyata berkasih sayang dengan lingkungan – sekecil apapun itu tindakanya. Berkontribusi nyata bagi lingkungan seraya menebar manfaat bagi orang lain bukanlah mimpi. SMP Al Karamah Peterongan Jombang sudah melakukan dan sekaligus membuktikannya.

Apa yang digagas dan dikerjakan oleh SMP Al Karamah melalui LDK bertema Greenleaders sungguh indah. Sangat indah bahkan. Memang, sekolah bukanlah penjara, di tengah praktek pendidikan yang justru memenjara. Sekolah bukan tempat anak-anak bodoh yang dididik agar menjadi pintar. Juga bukan ruang-ruang kelas eksklusif yang mengurung siswa dan menggiring atmosfir sikap berpikir bahwa dirinya lebih unggul, lebih maju, lebih wah, lebih hebat daripada siswa lainnya. Bila hal ini terjadi, sungguh, bukan sikap percaya diri namanya. Itu kesombongan di tengah pluralitas makhluk-Nya.

Mata pelajaran di sekolah yang selalu diberikan secara formal apalagi untuk sekedar mengejar KKM akan menyisakan jiwa-jiwa yang kering dan dahaga. Siswa yang cara berpikirnya nyaris linier total. Maka, menjadi begitu indah tatkala siswa diajak turun ke bawah, memegang tanah, mengaduk lumpur, mandi keringat bersama warga desa dalam kebersahajaan komunikasi, memaknai hidup secara apa adanya.

Sekolah tidak boleh tercerabut akarnya dari lingkungan tempat dimana ia berpijak. []

(Pong Sahidy)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun