Mohon tunggu...
Achmad Jaini
Achmad Jaini Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa

Mahasiswa Studi Agama-Agama UIN Antasari Banjarmasin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memetakan Sumber Kekerasan Atas Nama Agama (Antara yang Profan dan Sakral)

24 Mei 2019   17:54 Diperbarui: 24 Mei 2019   20:15 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disamping itu, agama memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bentuk-bentuk organisasi atau perekat sosial lainnya di dalam kehidupan manusia: yaitu, agama sebagai sarana manusia untuk mengaplikasikan spritualitasnya kepada Tuhan, agama pasti mempunyai doktrin dan aturan yang mutlak bagi para penganutnya, yaitu kewajiban mengamalkannya dalam kehidupan individu manusia. Selain itu, pastinya masing-masing pemeluk dari berbagai agama akan menyatakan kebenaran mutlak ada pada agama yang dianutnya.

Oleh sebab itu, agama adalah suatu organisasi atau perekat sosial dalam kehidupan manusia yang sangat potensial dalam menggerakkan massa (para penganut agama tersebut). Kekerasan atas nama agama merupakan akibat pembaharuan tafsir atas ajaran agama, yaitu untuk mengesahkan tindakannya yang cenderung mengarah kepada pola-pola radikal.

Kekerasan yang dilakukan oleh beberapa penganut-penganut agama, seperti yang biasa terjadi. Dari perspektif Durkheim, yaitu dikarenakan agama yang berada di wilayah sakral, yakni setiap tafsirnya itu bersifat suci atau hak, Kekerasan atas nama agama biasanya dilakukan dengan alasan berupaya melindungi keberadaan ajaran atau kehidupan keberagamaan mereka.

Adapun berdasarkan menurut para ahli fenomenologi agama, ada dua cara dalam mengamati dan memahami agama, yakni agama berbicara tentang aturan-aturan dari Tuhan yaitu kaitanya dengan pahala dan dosa serta agama berbicara tentang kasih sayang.

Oleh karena segala teks bentuk aturan-aturan agama adalah sakral dan mutlak, tetapi menafsirkannya ialah merupakan ranah manusia, hal itu tergantung cara pandang dan kecenderungan keilmuannya, ini nantinya membentuk tafsiran-tafsiran yang terkandung dalam teks-teks keagamaan, dan yang akan membentuk gagasan atau doktrin-doktrin. Bentuk-bentuk doktrin tersebut ada yang mengarah kepada kekerasan dan ada doktrin yang condong kepada kasih sayang dan toleran. 

Oleh sebab itu, tergantung seseorang atau kelompok dengan kecenderungannya kemana, dia bisa melihat agama sebagai sesuatu yang keras dan tertutup atau sebagai bentuk kasih sayang dan kedamaian.

Sebenarnya ada tindakan-tindakan kekerasan yang dianggap sah-sah saja bagi para pemuka agama. Demikian, seperti perjuangan melawan ketidakadilan, perang-perang kemerdekaaan dan apabila suatu kelompok atau bangsa diserang serta di aniaya.

Namun, kadang hal ini lah yang di putarbalikan oleh kelompok-kelompok seperti disebutkan sebelumya,[17]seperti dalam Islam: Diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka dizhalimi. Dan sungguh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu.( Q.S Al-Hajj: 78).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun