Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Cerita Cinta Drama Komedi "Mendung Tanpo Udan" Diangkat Melalui Film

24 Februari 2024   14:16 Diperbarui: 26 Februari 2024   17:21 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Mendung Tanpo Udan (dok. Nant Entertainment)

Penetapan hari komedi disinyalir setelah Hari Film Nasional dan Hari Musik Nasional selalu bergema tiap tahunnya. Film, musik, dan komedi jadi gabungan unsur-unsur yang memberi hiburan bagi masyarakat Indonesia. 

Produksi film tak hanya butuh cerita yang mendalam untuk masukkan unsur komedi. Pemilihan pemain dan jenis musik pun tentu tak boleh asal-asalan. Hal ini menjadi hujatan tersendiri saat Erick Estrada terpilih sebagai pemeran utama dalam film Mendung Tanpo Udan. 

Ia yang berasal dari Surakarta dianggap tak pantas memerankan sosok mahasiswa tingkat akhir yang sedang kuliah di Jogja. Tapi, bully yang terjadi bulan lalu tak digubris rumah produksi karena film drama komedi ini bakal tetap tayang pada 29 Februari 2024 nanti.

Lebih dari 100 judul film di Indonesia yang rilis tiap tahun. Tapi, masih jadi PR terbesar seperti apa membuat film punya nilai yang berbeda dibanding film nasional lain. 

Apalagi kalau film sudah menyasar pada genre komedi. Setidaknya film ini harus terlihat outstanding sehingga bisa dengan mudah jangkau penonton. 

Tim produksi pun berbenah untuk lakukan promo film agar menarik perhatian seperti film komedi yang menguasai banyak layar bioskop dengan judul Agak Laen yang nyaris ditonton 7 juta penonton.

Biasanya film komedi selalu mengambil unsur kedaerahan untuk ditertawakan. Bila film Agak Laen fokus pada logat batak untuk melucu, Film Mendung Tanpo Udan memilih latar tempat di Jogjakarta sebagai pengembangan cerita. 

Mungkin saja karena sineas-sineas perfilman Indonesia banyak yang lahir dari kota pelajar tersebut. Film kemasan drama komedi ini pun dilontarkan dalam dialog bahasa Jawa yang hampir sama seperti film sejenisnya.

Hampir keseluruhan adegan ada dialog bahasa Jawa dalam film. Tentu penonton tak perlu khawatir sebab subtitle bahasa Indonesia masih tampak di layar. Hal yang buat beda dari film-film latar Jogja dan Jakarta, yaitu film dibuat berdasarkan kisah dibalik lagu (behind the song) Mendung Tanpo Udan yang viral tahun 2021 lalu. Alur ceritanya tak rumit, tapi pesan terkesan implisit. Cerita tentang seniman idealis yang simpel tapi tidak berlebihan.

Udan (Erick Estrada) sudah lama naksir Mendung (Yunita Siregar). Udan yang idealis dan keras kepala sulit sekali menaklukkan hati seorang Mendung yang mandiri serta lebih dahulu memutuskan jadi wanita karier. Udan kalah keren dari anak bos yang bernama Will (Marcell Darwin)

Rasa minder Udan yang merasa tak pantas lagi untuk Mendung membuat Ia putuskan move on. Hari-hari Udan berubah, Ia mulai selesaikan skripsinya dan bekerja jadi kurir di perusahaan ekspedisi. Sayangnya, kenangan bersama Mendung masih sulit dilupakan.

Bersama sahabatnya, Kartolo (Tommy Lim) dan Awan (Kery Astina) curhatan kegalauan Udan selalu muncul saat hubungan Udan dan Mendung kian renggang. Konflik kisah cinta Udan makin panas saat ada kesalahpahaman dengan sahabatnya, Awan. Akhirnya, Mendung paham betul harus makin fokus prioritaskan karier dan lupakan Udan untuk selamanya.

Seseorang berubah karena dua hal, 

pikirannya yang terbuka atau hatinya yang terluka

(Udan)

        

Penulis nonton langsung film Mendung Tanpo Udan saat Gala Premiere (Dokumentasi Pribadi)
Penulis nonton langsung film Mendung Tanpo Udan saat Gala Premiere (Dokumentasi Pribadi)

Film Mendung Tanpo Udan tak terlalu segmented dikhususkan bagi para pendengar setia lagu yang viral. Cerita yang disajikan masih universal khas pemuda kota besar. Ada sosok pemuda yang mengejar cita-cita dengan karya yang dibuat pakai hati. Tapi dilain sisi, ada sosok wanita karier yang justru membuatnya harus jatuh hati.

Premis sederhana ala seniman lokal yang terjebak dalam kisah cinta dan idealisme pikiran sebenarnya hal sama dengan film kebanyakan. Cerita Mendung Tanpo Udan memang mudah dicerna, tapi agak kurang bisa dinikmati. 

Pemilihan jokes dalam tiap adegan terlalu mengada-ada sebagaimana lelucon tentang vespa atau tipe orang yang naik motor pernah juga diangkat dalam film Srimulat. Meski terkesan natural, tapi humor tak menjadi padat dalam alurnya.

Perjuangan menjadi musisi, konflik persahabatan, usaha pendekatan kembali Udan ke Mendung, sampai problem remaja terhadap orangtua tak mampu dilekatkan dalam film ini. 

Padahal pengembangan karakter sudah membawa penonton ke arah tersebut. Tapi, tak ada yang bisa diampuni dari cerita film yang bisa dimasukkan dalam golongan film televisi (FTV). 

Masalah-masalah tersebut memang membuat Udan jadi teruji dan makin bijaksana. Sosoknya pun terbentuk sebagai pemuda yang idealis, tapi harus berpikir realistis.

Dalam film Mendung Tanpo Udan, Erick Estrada berperan sebagai Udan dan Yunita Siregar menjadi karakter Mendung. Mereka pernah jalan bersama dan tiap hari saling sayang dalam film. 

Meski sempat dicibir netizen tak good looking, Erick dalam film ini paham betul seperti apa menunjukkan ekspresi yang wajar. Interaksi Udan dan Mendung pun terlihat nyata sehingga membuat film gampang dicerna penonton. Meski, tak ada adegan yang istimewa.

Belum lagi ada beberapa logika yang tak masuk akal. Udan dan Mendung sempat mengulang kembali ke momen kenangan di Jogja. Udan ajak Mendung untuk menemani beli kado buat ibunya. Tapi sampai akhir film, kado itu tak terlihat diberikan Ibu. Padahal ada momen yang mengiris hati saat Udan curhat tentang keresahan yang dialami ke Ibunya. Seharusnya, ini bakal jadi adegan yang paling mengandung bawang lebih banyak.

Lokasi syuting 15 hari di Jogja juga tak lengkap menangkap landmark dari kota besar tersebut. Penonton hanya diajak jalan-jalan sekitar Malioboro yang konon sudah tak nyaman dijejaki wisatawan setelah revitalisasi. Selebihnya film akan menangkap perjalanan bertemu dan kehilangan yang semua serba terlalu cepat dipaksakan.

This is absolutely not bad! Penonton pasti punya ekspektasi yang akan menyelamatkan nyawa film ini tentu dari lagu viral berjudul sama yang enak didengar. Hanya saja lirik lagu berbahasa Jawa tersebut terbatas cukup terngiang saja untuk didengar. Sementara saat lihat cerita dibalik layar sepertinya tak bakal berhasil membuat filmnya juga viral atau justru bakal cepat turun layar. 

Bisa dibilang proses perjalanan lagu tersebut jadi viral hanya terlihat instan dalam film ini. Jadi biasa saja seperti lagu-lagu bahasa Jawa yang lain. Hanya sekadar gimmick tak mampu merepresentasi dari lirik-lirik lagu yang seharusnya punya warna tersendiri.

Marcell Darwin sebagai Will dalam Film Mendung Tanpo Udan (dok. Nant Entertainment)
Marcell Darwin sebagai Will dalam Film Mendung Tanpo Udan (dok. Nant Entertainment)

Film Mendung Tanpo Udan hanya punya narasi yang mendalam tentang arti menghargai, mencintai, dan keikhlasan. Lagi-lagi, alur ceritanya tak kompleks sehingga film lebih enak dinikmati dari layar televisi. Cerita dan konflik terlalu sederhana sehingga buat keputusan dari tiap karakter tak terlalu mengena malah cenderung tergesa-gesa.

Film Mendung Tanpo Udan akan diakhiri seperti apa diri yang punya cita-cita untuk menjadi musisi tapi terbentur ideologi dan harapan yang seperti mimpi. 

Film terlalu instan untuk beri waktu pada perjuangan seniman yang semestinya lewati proses panjang dalam membuat setiap karya. Tak perlu ekspektasi berlebihan, cukup nonton film ini secara realistis saja. 

Semoga saja setelah penetapan hari komedi dicanangkan bakal banyak genre-genre komedi yang diminati penonton dibanding genre horor. 

Satu catatan penting yang harus dipegang rumah produksi yang membuat film komedi yaitu "penempatan humor harus jadi konten utama dari aksi para aktor yang mengundang reaksi tertawa penonton!"

Salam sinema!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun