Belum lagi ada beberapa logika yang tak masuk akal. Udan dan Mendung sempat mengulang kembali ke momen kenangan di Jogja. Udan ajak Mendung untuk menemani beli kado buat ibunya. Tapi sampai akhir film, kado itu tak terlihat diberikan Ibu. Padahal ada momen yang mengiris hati saat Udan curhat tentang keresahan yang dialami ke Ibunya. Seharusnya, ini bakal jadi adegan yang paling mengandung bawang lebih banyak.
Lokasi syuting 15 hari di Jogja juga tak lengkap menangkap landmark dari kota besar tersebut. Penonton hanya diajak jalan-jalan sekitar Malioboro yang konon sudah tak nyaman dijejaki wisatawan setelah revitalisasi. Selebihnya film akan menangkap perjalanan bertemu dan kehilangan yang semua serba terlalu cepat dipaksakan.
This is absolutely not bad! Penonton pasti punya ekspektasi yang akan menyelamatkan nyawa film ini tentu dari lagu viral berjudul sama yang enak didengar. Hanya saja lirik lagu berbahasa Jawa tersebut terbatas cukup terngiang saja untuk didengar. Sementara saat lihat cerita dibalik layar sepertinya tak bakal berhasil membuat filmnya juga viral atau justru bakal cepat turun layar.Â
Bisa dibilang proses perjalanan lagu tersebut jadi viral hanya terlihat instan dalam film ini. Jadi biasa saja seperti lagu-lagu bahasa Jawa yang lain. Hanya sekadar gimmick tak mampu merepresentasi dari lirik-lirik lagu yang seharusnya punya warna tersendiri.
Film Mendung Tanpo Udan hanya punya narasi yang mendalam tentang arti menghargai, mencintai, dan keikhlasan. Lagi-lagi, alur ceritanya tak kompleks sehingga film lebih enak dinikmati dari layar televisi. Cerita dan konflik terlalu sederhana sehingga buat keputusan dari tiap karakter tak terlalu mengena malah cenderung tergesa-gesa.
Film Mendung Tanpo Udan akan diakhiri seperti apa diri yang punya cita-cita untuk menjadi musisi tapi terbentur ideologi dan harapan yang seperti mimpi.Â
Film terlalu instan untuk beri waktu pada perjuangan seniman yang semestinya lewati proses panjang dalam membuat setiap karya. Tak perlu ekspektasi berlebihan, cukup nonton film ini secara realistis saja.Â
Semoga saja setelah penetapan hari komedi dicanangkan bakal banyak genre-genre komedi yang diminati penonton dibanding genre horor.Â
Satu catatan penting yang harus dipegang rumah produksi yang membuat film komedi yaitu "penempatan humor harus jadi konten utama dari aksi para aktor yang mengundang reaksi tertawa penonton!"
Salam sinema!