Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kesunyian Hidup dalam Kesendirian Cinta

3 April 2018   06:40 Diperbarui: 3 April 2018   07:40 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila hari telah senja ... malam hari pun tiba

Hidupku yang sendiri ... sunyi

Bila senja berlalu ... hati terasa pilu

Hidupku yang sendiri ... sunyi
 

Film itu merupakan cermin dari realita yang ada. Laris manis sebuah film ditentukan dengan jumlah penonton. Meski film yang laris kadang tidak sesuai dengan ekspetasi cerita yang berkualitas. 

Penulis sangat suka dengan film Indonesia yang memiliki unsur cerita beda dibanding film lain. Saat elemen cerita berhasil masuk menyentil penonton dengan satire nyata yang khas. Saat itu film bekerja menyampaikan pesan dengan penuh makna. Dalam rangka merayakan Hari Film Nasional tanggal 30 Maret 2018 lalu, penulis pun menyempatkan diri menonton film Love for Sale yang sudah tayang sejak 15 Maret 2018.

Seperti lagu favoritnya yang diputar, kehidupan Richard memang terbilang sunyi. Richard hanya terbiasa menghabiskan waktu menonton televisi ditemani si Kelun, seekor kura-kura yang berusia sekitar 17 tahun. Penyakit jomblo kronis yang dideritanya terasa tidak ada spaning dalam kebiasaan hidup sendiri. 

Richard juga jarang pergi keluar rumah, kecuali untuk nobar bola bersama teman satu gengnya dan membuka kios percetakan yang dikelolanya sebagai hasil warisan dari orang tua yang telah meninggal. 

Kesibukan mengurus bisnis percetakan bernama Primawarna Printing disinyalir menjadi penghambat Richard belum menemukan jodohnya. Sampai tantangan datang jelang pesta pernikahan temannya untuk membawa pasangan.

Richard mencari segala cara untuk mendapat kekasih hati, salah satunya melalui aplikasi penyedia teman kencan (dating online app). Aplikasi yang dikenal dengan nama Love.inc didapat dari brosur yang dicetak salah satu pelanggannya di kantor.

Aplikasi Love Inc mempertemukan Richard dengan Arini Kusuma (Della Dartyan). Sosok perempuan yang tidak saja mengubah hidupnya, tetapi juga membuatnya merasakan jatuh cinta lagi. Melalui paket kencan yang ditawarkan, Arini dikontrak selama 45 hari sebagai pasangan hidup Richard.

Di awal Richard merasa canggung dengan hubungan yang tak lazim. Arini pun menyikapi Richard dengan sikap tulus dan menerimanya sebagai pasangan. Arini menjadi sosok yang menyenangkan dan memberi warna pada kehidupan Richard yang monoton. Pertemuan dua anak manusia yang berujung timbul benih rasa asmara.

Richard pun terjebak dalam pertanyaan: Apakah arti Arini dalam hidup Richard? Mungkinkah sosok wanita yang tepat untuk mendampingi hidupnya atau hanya cinta sesaat yang berhasil menjebaknya?.

Richard berdialog dengan si Kelun (www.teen.co.id)
Richard berdialog dengan si Kelun (www.teen.co.id)

Semesta melukismu dengan warna warni pesona. Siapkah kau tuk jatuh cinta?

Tidak hanya menertawakan kehidupan jomblo, Film Love for Sale membungkus kesepian yang dialami perjaka tua di kota besar. Berbekal aplikasi daring dengan latar kekinian, film mampu merekam kehidupan seorang pria dari masa lalu yang masih nyaman dengan status jomblonya.

Film diperankan oleh Gading Marten sebagai Richard Achmad Daniel Wijaya yang berumur 41 tahun tapi masih saja jomblo. Richard bukan termasuk lelaki dewasa yang kurang pergaulan dan sulit berteman. Ia memiliki 'squad' atau lingkaran pertemanan yang sering nobar pertandingan bola. Namun, ia kurang pengalaman dalam berhubungan dengan wanita. Ia masih kaku dan lugu.

Love For Sale mengawali durasi di pagi hari dengan sosok Richard yang baru bangun tidur, berkaus singlet, dan celana dalam. Sambil mengumpulkan nyawa, Ia tampak menggaruk anunya. Laki-laki berkumis tipis dan berperut buncit ini berjalan ke ruang tengah untuk memutar lagu "Hidupku Sunyi" dari The Mercys melalui player piringan hitam kesayangan.

     Cerita film begitu mengalir mulus meski ada unsur klise. Dengan nuansa musik penuh nostalgia, film membawa penonton untuk meratapi rasa pada momen yang sewajarnya. Lagu Hidupku Sunyiseolah menghantui si pemeran utama yang entah sampai berapa tahun lagi mengalami kesepian dalam menafsirkan cinta.

      Tema yang diungkap cukup menarik dan relate dengan kisah jomblo kronis yang alegoris. Meski terbilang kisah fiktif, adegan-adegan tersaji begitu dekat dan nyata. Tidak berlebihan dengan unsur drama dan mudah dicerna dari bangku penonton. 

     Love for Sale menunjukkan bahwa film yang bercerita tentang cinta tidak perlu berlama-lama terjebak dalam romantika asmara. Kehidupan sehari-hari mampu merajut benang merah untuk merasakan keutuhan cinta secara mendalam. Ada kedekatan emosional yang akan dirasakan sendiri oleh penonton. M. Irfan Ramly mampu menulis naskah dengan rapi.

     Cerita yang disuguhkan juga membuat penonton berempati dengan pemeran utama. Kegelisahan Richard yang hampa diisi dengan meminta saran dari sahabatnya bernama Panji (Verdi Soelaiman) yang religi. Beberapa adegan juga memperlihatkan Richard yang berbicara dengan binatang peliharannya. Sungguh ritme penceritaan yang terjaga.

     Alurnya nyaman untuk disimak dan dinikmati sampai membuka hati Richard terhadap kehadiran Arini. Love For Sale tidak terburu-buru memaksa penonton untuk peduli. Tidak terlalu juga banyak basa-basi yang terkadang membuat penonton lari. Love for Sale paham cara memberi kenyamanan kepada penonton saat Richard menganggap Arini sebagai matahari dalam hidupnya.

     Bicara visual, film Love for Sale menggoda dengan unsur vintagenya. Desain produksi digarap seksi oleh duo produser Angga Dwimas Sasongko dan Chicco Jericho. Keduanya ikut andil menopang Love For Sale menjadi tontonan drama romantis yang tidak membosankan sepanjang durasinya. 

     Ada unsur komedi, tapi tak ada yang dipaksakan. Unsur tersebut hanya masuk pada candaan yang dipoles dalam adegan keseharian. Film pun bertutur secara blak-blakan tanpa segan. Mulai dari perkenalan karakter hingga masuk ke bagian intim yang menyorot soal hubungan di atas ranjang. Struktur treatment yang terlihat secara nyata. 

     Pendekatan vulgar tersebut tetap sah walau terasa melegalkan hubungan seks bebas dengan siapa saja. Toh, film sudah dilabeli untuk konsumsi penonton berusia 21 tahun ke atas. Visinema Pictures berupaya untuk tidak memproduksi film percintaan remaja berbau kencur. 

     Celetukan dialog dalam film juga membangun kritik sosial untuk menyoroti  permasalahan negara. Kritik sosial yang dekat dengan masyarakat Indonesia seperti kasus korupsi e-KTP dan acara televisi di pagi hari yang menyiarkan pertengkaran rumah tangga juga masuk menjadi selingan dalam cerita.

     Keseluruhan cerita yang dikonstruksi oleh Andi Bachtiar Yusuf sebagai sutradara mendapat dukungan total dari kemampuan akting pemeran utama. Gading Marten dan Della Dartyan hadir berkarakter tanpa menceritakan kisahnya bertele-tele. Mereka berperan dalam komposisi chemistry yang pas. Senyuman, mata, gestur tubuh dan gaya bicara menjadi olahan dari aktor dan aktris yang menjiwai kisah Adam dan Hawa yang sedang jatuh cinta.

    Secara keseluruhan terbilang mulus, hanya ada sisi kekurangan dalam film yang mengganggu. Seperti pemilihan judul dengan keterikatan  isi cerita kurang berimbang. Begitu juga perkenalan karakter Arini dan temannya yang divisualkan melalui salah satu adegan televisi sebagai host atau selebritis. Semua masih menjadi tanda tanya.

     Meski di dunia nyata tak semua pengguna aplikasi kencan bertipe seperti Richard, tapi sosok Richard memang ada di sekitar kita. Tipe pria baik, berwajah standar, dan mapan namun sulit mendapat pasangan. Walau nasib Richard tidak mujur, film bisa dikonsumsi oleh penonton secara jujur. Ada banyak teori yang bisa dipilih penonton untuk menyimpulkan kisah akhir film ini berujung seperti apa. Itulah jenis art cinema narration.

     Tempo film yang lambat tidak mengurangi esensi cerita yang berisi. Konklusi yang dihasilkan dari film Love For Sale berhasil memberi pengalaman menonton yang mengasyikkan. Ada pesan mendalam yang tersembunyi sunyi dari kehidupan tentang kesendirian cinta. Find Your Love, Find Your Match*

"Sungguh! Mencintai adalah pekerjaan paling berat dan penuh risiko. Tapi, mengambil risiko tidak pernah ada salahnya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun