Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kesunyian Hidup dalam Kesendirian Cinta

3 April 2018   06:40 Diperbarui: 3 April 2018   07:40 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love For Sale mengawali durasi di pagi hari dengan sosok Richard yang baru bangun tidur, berkaus singlet, dan celana dalam. Sambil mengumpulkan nyawa, Ia tampak menggaruk anunya. Laki-laki berkumis tipis dan berperut buncit ini berjalan ke ruang tengah untuk memutar lagu "Hidupku Sunyi" dari The Mercys melalui player piringan hitam kesayangan.

     Cerita film begitu mengalir mulus meski ada unsur klise. Dengan nuansa musik penuh nostalgia, film membawa penonton untuk meratapi rasa pada momen yang sewajarnya. Lagu Hidupku Sunyiseolah menghantui si pemeran utama yang entah sampai berapa tahun lagi mengalami kesepian dalam menafsirkan cinta.

      Tema yang diungkap cukup menarik dan relate dengan kisah jomblo kronis yang alegoris. Meski terbilang kisah fiktif, adegan-adegan tersaji begitu dekat dan nyata. Tidak berlebihan dengan unsur drama dan mudah dicerna dari bangku penonton. 

     Love for Sale menunjukkan bahwa film yang bercerita tentang cinta tidak perlu berlama-lama terjebak dalam romantika asmara. Kehidupan sehari-hari mampu merajut benang merah untuk merasakan keutuhan cinta secara mendalam. Ada kedekatan emosional yang akan dirasakan sendiri oleh penonton. M. Irfan Ramly mampu menulis naskah dengan rapi.

     Cerita yang disuguhkan juga membuat penonton berempati dengan pemeran utama. Kegelisahan Richard yang hampa diisi dengan meminta saran dari sahabatnya bernama Panji (Verdi Soelaiman) yang religi. Beberapa adegan juga memperlihatkan Richard yang berbicara dengan binatang peliharannya. Sungguh ritme penceritaan yang terjaga.

     Alurnya nyaman untuk disimak dan dinikmati sampai membuka hati Richard terhadap kehadiran Arini. Love For Sale tidak terburu-buru memaksa penonton untuk peduli. Tidak terlalu juga banyak basa-basi yang terkadang membuat penonton lari. Love for Sale paham cara memberi kenyamanan kepada penonton saat Richard menganggap Arini sebagai matahari dalam hidupnya.

     Bicara visual, film Love for Sale menggoda dengan unsur vintagenya. Desain produksi digarap seksi oleh duo produser Angga Dwimas Sasongko dan Chicco Jericho. Keduanya ikut andil menopang Love For Sale menjadi tontonan drama romantis yang tidak membosankan sepanjang durasinya. 

     Ada unsur komedi, tapi tak ada yang dipaksakan. Unsur tersebut hanya masuk pada candaan yang dipoles dalam adegan keseharian. Film pun bertutur secara blak-blakan tanpa segan. Mulai dari perkenalan karakter hingga masuk ke bagian intim yang menyorot soal hubungan di atas ranjang. Struktur treatment yang terlihat secara nyata. 

     Pendekatan vulgar tersebut tetap sah walau terasa melegalkan hubungan seks bebas dengan siapa saja. Toh, film sudah dilabeli untuk konsumsi penonton berusia 21 tahun ke atas. Visinema Pictures berupaya untuk tidak memproduksi film percintaan remaja berbau kencur. 

     Celetukan dialog dalam film juga membangun kritik sosial untuk menyoroti  permasalahan negara. Kritik sosial yang dekat dengan masyarakat Indonesia seperti kasus korupsi e-KTP dan acara televisi di pagi hari yang menyiarkan pertengkaran rumah tangga juga masuk menjadi selingan dalam cerita.

     Keseluruhan cerita yang dikonstruksi oleh Andi Bachtiar Yusuf sebagai sutradara mendapat dukungan total dari kemampuan akting pemeran utama. Gading Marten dan Della Dartyan hadir berkarakter tanpa menceritakan kisahnya bertele-tele. Mereka berperan dalam komposisi chemistry yang pas. Senyuman, mata, gestur tubuh dan gaya bicara menjadi olahan dari aktor dan aktris yang menjiwai kisah Adam dan Hawa yang sedang jatuh cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun