Secara keseluruhan terbilang mulus, hanya ada sisi kekurangan dalam film yang mengganggu. Seperti pemilihan judul dengan keterikatan  isi cerita kurang berimbang. Begitu juga perkenalan karakter Arini dan temannya yang divisualkan melalui salah satu adegan televisi sebagai host atau selebritis. Semua masih menjadi tanda tanya.
   Meski di dunia nyata tak semua pengguna aplikasi kencan bertipe seperti Richard, tapi sosok Richard memang ada di sekitar kita. Tipe pria baik, berwajah standar, dan mapan namun sulit mendapat pasangan. Walau nasib Richard tidak mujur, film bisa dikonsumsi oleh penonton secara jujur. Ada banyak teori yang bisa dipilih penonton untuk menyimpulkan kisah akhir film ini berujung seperti apa. Itulah jenis art cinema narration.
   Tempo film yang lambat tidak mengurangi esensi cerita yang berisi. Konklusi yang dihasilkan dari film Love For Sale berhasil memberi pengalaman menonton yang mengasyikkan. Ada pesan mendalam yang tersembunyi sunyi dari kehidupan tentang kesendirian cinta. Find Your Love, Find Your Match*
"Sungguh! Mencintai adalah pekerjaan paling berat dan penuh risiko. Tapi, mengambil risiko tidak pernah ada salahnya"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H