Lain lagi dengan sosok manajer dari Kay yang kadang hilang tanpa jejak. Namun, di beberapa adegan tampil lagi tanpa penuh esensi. Ketika malam hari, manajer juga sudah tidak tampak mencari Kay ke segala penjuru yang ada di Bali. Padahal Kay menghilang dari hotel sejak siang hari.
Ketika muda-mudi dari dua negara berbeda dipertemukan di Bali, adakah cinta yang mulai tumbuh di hati keduanya? Apakah mereka siap menghadapi problematika yang terjadi diantara mereka dan berhadapan langsung dengan orang-orang terdekat yang ingin memisahkannya??'
Adegan film Forever Holiday in Bali lebih kuat dengan tata musik yang disesuaikan dengan gaya bercerita. Semua dibuat mirip dengan drama korea karena menggunakan lagu sentuhan K-Pop. Wajar saja karena musik dan lagu dalam film ini diciptakan oleh MYSTIC Entertainment, sebuah label ternama di Korea. Lagu-lagu yang ada dinyanyikan oleh pemeran utamanya, seperti Destiny (Thunder feat Caitlin Halderman), Love is Crime (Thunder), dan Cinderella (Caitlin Halderman). Hanya ada satu lagu yang berjudul Fairytale dinyanyikan oleh Pyun Young Soo.
Satu hal yang patut diapresiasi dalam film Holiday Forever in Bali yaitu insert scene kehidupan budaya Bali. Ada adegan Kay dan Putri yang berhenti untuk memberi jalan saat warga lokal setempat melaksanakan upacara adat.
Pedesaan dengan bentang alam berwarna hijau juga menjadi pesona lain dari Bali yang terekam dengan cara bertutur visual yang nyaman. Selain itu, suasana Bali di malam hari memberi nuansa lokasi pengambilan gambar yang bisa dinikmati aman.
Akhirnya,Forever Holiday in Bali hanya mengekspos fantasi seorang gadis sederhana yang bertemu dan memadu kasih dengan selebritis K-Pop. Forever Holiday in Bali terlalu keras memaksa penonton untuk melihat bentuk kolaborasi budaya Korea dan Indonesia lewat karakter Kay dan Putri.
Kegagalan dalam setiap pembetukan adegan memang sulit untuk sejajar terhadap nalar. Ambiguitas terhadap fokus entah membawa penonton melayang ke mana. Bisa saja bercerita tentang perkenalan sehari yang membawa pada candu asmara atau takdir masa lalu yang mempertemukan romansa.
Kecerahan dan keceriaan yang coba dibentuk belum bisa terpadu dengan nuansa romantisme ala negeri dongeng. Penonton hanya diajak berkhayal demi mengikuti ilusi yang kental. Formula ini menegaskan cerita mengarah pada kisah fiksi semata. Semua terbatasi dengan akhir yang bahagia untuk melihat kisah cinta dari negeri dongeng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H