Sifat orang Indonesia yang berani menipu orang asing pada adegan awal proses transaksi penjualan motor juga cukup menyentil. Melalui adegan pada babak awal tersebut nilai negatif terhadap sikap orang Indonesia coba dibingkai melalui film ini.
Hal lain yang tidak logis tampak pada adegan Kay yang tidak bisa mengendarai motor di awal. Semua terlihat tidak konsisten karena dalam hitungan jam, Ia justru lancar mengendarai motor keliling kota Bali bersama Putri. Bahkan, penggunaan gaun merah yang dikenakan Putri untuk jalan-jalan keliling kota Bali terlalu berlebihan.
Film dengan nuansa FTV ini semakin diwarnai adegan klise. Ada adegan pemeran utama yang adu pandang saat pemeran wanita nyaris jatuh di tangga, namun dengan sigap pemeran pria menahan dan wanita itu jatuh dalam pelukan pria. Apalagi adegan tersebut didramatisir dengan slow motion.
Adegan lain saat Kay dan manajernya, Hwan (Kim Pyeong Won) baru saja selesai syuting di suatu pura. Manajer berupaya menasehati sang selebritis untuk kembali semangat menekuni kariernya. Namun, latar mereka berdialog memanfaatkan teknik CGI yang terlihat jelas tempelan gambar digital. Hal paling buruk terjadi karena gambar pura tersebut tampil sebagai visual dengan resolusi blur atau kabur.Â
Lantas, momen-momen lain yang terekam romantis bisa dirusak hanya dengan adegan praktis. Misalnya, ada adegan Kay dan Putri menyanyi berdua di pinggir pantai. Momen ini dirusak saat Kay terlihat bernyanyi lip sync sambil bermain gitar, tapi tidak memetik senar. Padahal latar musik jelas terdengar diiringi gitar akustik.
Aura bintang K-Pop Thunder menjadi magnet tersendiri. Kemampuan dialog dalam film memiliki makna yang terpancar hakiki. Beberapa momen saat Thunder mengeluarkan dialog romantis dan mencium Putri membuat penonton yang didominasi anak zaman now menjerit histeris di dalam bioskop.
Thunder seolah memerankan dirinya sendiri. Untuk itu tidak ada sesuatu yang spesial dari penampilan aktingnya. Tidak ada tuntutan olah rasa yang meyakinkan karakternya. Penonton pun menjadi sulit untuk bersimpati pada karakter Kay.
Berbanding jauh dengan akting Caitlin yang lebih natural karena Ia sudah pernah bermain dalam film nasional lain, seperti Ada Cinta di SMA dan Surat Cinta untuk Starla. Caitlin mampu melakoni gadis Bali dengan manis di film Forever Holiday in Bali. Perlahan tapi pasti, Ia mengembangkan karakter tanpa ragu. Ia mampu mengontrol diri untuk berperan sesuai porsi.
Fokus terhadap kedua pemeran utama tersebut membuat peran lain tidak begitu berarti. Entah pemilihan peran pendukung melalui proses casting atau tidak. Peran lain terasa gagal untuk mendukung setiap adegan.
Karakter teman Putri, bernama Indra (Reza Aditya). Entah apa profesi yang dilakoni, citizen journalism atau wartawan yang selalu menguntit. Aksinya sebagai paparazzi jelas terkesan berlebihan. Indra bagai comic relief saja. Terutama saat adegan di toko yang menjual pakaian dalam atau BH.
Ada juga Mira (Sonia Alyssa) yang dibentuk sebagai peran antagonis.Ia suka dengan Kay dan berniat cari perhatian. Namun sayang, hasratnya sudah ditolak sejak awal.  Ia beralih ikut serta bersama Indra dan coba menghasut Indra agar cemburu terhadap kedekatan Kay dengan Putri.Â