4. Meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan
5. Mengurangi angka kemiskinan dan kriminalitas
6. Menambah jumlah pendapatan nasional
7. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dari hal-hal yang dipaparkan di atas, aku teringat dengan kolaborasi yang pernah aku lakukan beberapa bulan lalu. Aku dan tim pernah berupaya mengkolaborasikan produk-produk lokal seperti tenun, anyaman, dan ukiran di wilayah pelosok perbatasan Indonesia. Jika Kompasianer ingin membaca ceritanya, klik disini.
Agaknya kita juga perlu belajar dari masyarakat Jepang yang sangat loyal terhadap barang-barang buatan negaranya meskipun tidak sedikit barang dari luar negeri yang masuk. Karena mereka percaya dengan kualitas produk dalam negeri yang menjadi solusi negaranya untuk menjadi bangsa yang besar.
Sudah seharusnya pelaku usaha di tanah air bisa lebih memahami keinginan konsumen yang tidak mau 'ditipu' dengan dijualnya suatu barang yang harganya tidak sebanding dengan mutu. Maka perlu bagi para pelaku usaha untuk senantiasa meningkatkan mutu dan pelayanan terhadap konsumen dalam negeri, sehingga masyarakat tidak akan ragu memilih untuk menggunakan produk-produknya.
Pemerintah juga tidak boleh lepas tangan. Dalam hal ini peran pemerintah sebagai teladan sangat diharapkan. Bagaimana mungkin masyarakat diminta untuk mencintai produk dalam negeri kalau pejabat pemerintahan sendiri ternyata lebih senang memakai produk-produk luar negeri.
Dari sudut pandang sumber daya manusia, kualitas orang-orang Indonesia juga tidak kalah dibandingkan dengan orang-orang di negara-negara maju, jika saja kita mau belajar dengan sungguh-sungguh. Hal ini terbukti dengan banyak tokoh-tokoh dan cendikiawan yang berasal dari negara kepulauan terbesar di dunia ini. Namun kemauan saja tidak cukup untuk mengubah segalanya. Fasilitas pendukung pun harus mumpuni agar industri ekonomi kreatif semakin maju. Hal ini yang harus menjadi sorotan lintas generasi agar mampu berkolaborasi untuk menciptakan iklim ekonomi yang semakin sehat.Â