Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Money

Begini Caraku Mencintai Produk Indonesia

17 Desember 2017   12:27 Diperbarui: 17 Desember 2017   13:00 23678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alangkah banyak alasan untuk mencintai produksi dalam negeri dan sudah merupakan keharusan bagi warga negara untuk mencintai produk-produk dalam negeri sehingga produk dalam negeri bisa bersaing di kancah internasional. Namun, sebagian masyarakat Indonesia sering merasa lebih berkelas ketika memakai produk berlabel luar negeri. Pemerintah juga sudah menyerukan untuk selalu mencintai produk dalam negeri namun masih saja kesadaran masyarakat rendah.

Tantangan yang harus dihadapi saat ini yaitu ancaman. Begitu banyak aset negara berupa budaya dan produk lokal yang siap bersaing dalam sektor industri. Lantas masihkah tagline "Cinta Produksi Dalam Negeri" ada disanubari generasi terkini?.

Kualitas produsen yang rendah akan berakibat pada rendah mutu atau kualitas produk (barang maupun jasa) yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena belum maksimal penerapan sebuah teknologi dalam proses produksi. Kebanyakan masyarakat hanya mengandalkan pengalaman saja tanpa diiringi penguasaan konsep dan teknologi yang membuat tidak maksimal proses produksi.

Permasalahan selanjutnya dalam menjalankan proses produksi, pelaku usaha di tanah air selalu dibayangi masalah finansial atau pendanaan proses produksi. Padahal, untuk menyelesaikan masalah ini, Pemerintah telah memberi bantuan dengan mengucurkan dana usaha bagi pelaku usaha kecil dan menengah. Namun, apakah bantuan-bantuan yang ditujukan kepada kalangan pengusaha kecil dan menengah itu sudah termanfaatkan dengan maksimal?. Jika tidak, secara tidak langsung keadaan ini mengganggu proses produksi yang membuat produsen lebih memilih untuk menekan biaya produksi hingga seminimal mungkin.

Dua permasalahan klasik diatas merupakan sebagian kecil dari hambatan-hambatan yang membuat produk-produk dalam negeri menjadi lebih rendah mutunya jika dibanding dengan produk-produk yang diproduksi negara-negara maju. Hal ini tentu menjadi ancaman serius bagi pelaku usaha nasional karena kita telah memasuki era ekonomi kreatfi di tahun 2018. Lalu, di tahun 2020 nanti diharapkan barang-barang produksi anak bangsa mampu menyaingi produk luar yang masuk ke Indonesia sehingga produk dalam negeri tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Sekelumit pertanyaan pun timbul dalam benak ku. Mengapa sih kita perlu mencintai produk dalam negeri? Apa sih manfaatnya buat kita?. Semua pertanyaan tersebut terjawab dalam nangkring hari ini di Crematology Caf, Jakarta Selatan. Apalagi tema yang dibicarakan tentang Budayakan Cinta Produk Dalam Negeri, Berdayakan Pelaku Industri Dalam Negeri.

Tampak pembicara yang hadir begitu kompeten, ada Haris Munandar (Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian), Akhyari Hananto (Founder & Editor in Chief Good News From Indonesia), dan Iwet Ramadhan (Founder TIK, Jakarta Creative Hub, dan Penyiar Radio). Mereka menjelaskan secara gamblang bahwa fenomena yang terjadi yaitu konsumen Indonesia lebih senang membeli barang-barang impor sehingga yang akan memetik manfaat terbesar adalah produsen barang di luar negeri. Uang konsumen justru mengalir ke luar tanpa ada manfaat ekonomi ke dalam negeri.

Padahal, jika kita telusuri lebih lanjut, ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh ketika kita sudah mencintai produk Indonesia, diantaranya: 

1. Produksi dalam negeri meningkat

2. Menambah besar skala usaha dalam negeri

3. Menambah jumlah investasi di Indonesia

4. Meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan

5. Mengurangi angka kemiskinan dan kriminalitas

6. Menambah jumlah pendapatan nasional

7. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dari hal-hal yang dipaparkan di atas, aku teringat dengan kolaborasi yang pernah aku lakukan beberapa bulan lalu. Aku dan tim pernah berupaya mengkolaborasikan produk-produk lokal seperti tenun, anyaman, dan ukiran di wilayah pelosok perbatasan Indonesia. Jika Kompasianer ingin membaca ceritanya, klik disini.

Generasi milenial yang bangga menggunakan produk dalam negeri bersama para pengrajin lokal di Provinsi Nusa Tenggara Timur (dokpri)
Generasi milenial yang bangga menggunakan produk dalam negeri bersama para pengrajin lokal di Provinsi Nusa Tenggara Timur (dokpri)
Penulis pun kembali merenung di sudut kafe ini, sebenarnya cinta produk Indonesia dapat menjadi gambaran betapa besar rasa cinta masyarakat pada bangsa ini. Bayangkan, ketika seluruh rakyat Indonesia dengan penuh kesadaran mengkonsumsi produk-produk buatan lokal di tengah deras arus barang impor dari luar negeri. Secara tak langsung, konsumsi yang begitu besar akan meningkatkan keuntungan pelaku usaha sehingga terus meningkatkan mutu produk-produknya sebagai timbal balik dari kepercayaan publik dalam negeri.

Agaknya kita juga perlu belajar dari masyarakat Jepang yang sangat loyal terhadap barang-barang buatan negaranya meskipun tidak sedikit barang dari luar negeri yang masuk. Karena mereka percaya dengan kualitas produk dalam negeri yang menjadi solusi negaranya untuk menjadi bangsa yang besar.

Sudah seharusnya pelaku usaha di tanah air bisa lebih memahami keinginan konsumen yang tidak mau 'ditipu' dengan dijualnya suatu barang yang harganya tidak sebanding dengan mutu. Maka perlu bagi para pelaku usaha untuk senantiasa meningkatkan mutu dan pelayanan terhadap konsumen dalam negeri, sehingga masyarakat tidak akan ragu memilih untuk menggunakan produk-produknya.

Pemerintah juga tidak boleh lepas tangan. Dalam hal ini peran pemerintah sebagai teladan sangat diharapkan. Bagaimana mungkin masyarakat diminta untuk mencintai produk dalam negeri kalau pejabat pemerintahan sendiri ternyata lebih senang memakai produk-produk luar negeri.

Dari sudut pandang sumber daya manusia, kualitas orang-orang Indonesia juga tidak kalah dibandingkan dengan orang-orang di negara-negara maju, jika saja kita mau belajar dengan sungguh-sungguh. Hal ini terbukti dengan banyak tokoh-tokoh dan cendikiawan yang berasal dari negara kepulauan terbesar di dunia ini. Namun kemauan saja tidak cukup untuk mengubah segalanya. Fasilitas pendukung pun harus mumpuni agar industri ekonomi kreatif semakin maju. Hal ini yang harus menjadi sorotan lintas generasi agar mampu berkolaborasi untuk menciptakan iklim ekonomi yang semakin sehat. 

Beberapa hal di atas hanya sebagian kecil caraku mencintai produk dalam negeri. Kebanggaan menggunakan produk dalam negeri sekecil apapun itu merupakan implementasi rasa cinta tanah air yang ingin aku wujudkan. Maka berbanggalah ketika menggunakan produk dalam negeri. 

Mari kita mulai mencintai produk dalam negeri sekecil apapun itu karena langkah-langkah kecil itulah yang nantinya akan menjadi langkah besar. Cintailah produk Indonesia dengan memilikinya. 'Jika bukan aku, lantas siapa lagi?'

Suasana nangkring hari ini (dokpri)
Suasana nangkring hari ini (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun