Kadang-kadang saya suka berefleksi, wirausaha itu bukan hanya UMKM, bukan hanya menjadi pengusaha, wirausaha itu harus tertanam sejak kita sebenarnya di bangku sekolah atau di bangku universitas. Yang bisa membuat kita maju hanya diri kita, jangan menyalahkan dunia.
Â
Terkadang sudah menjadi kebiasaan mahasiswa, bahkan siapapun kalau ketemu orang Indonesia itu paling suka isi barisan paling belakang dulu. Yang isi paling depan itu, yang terpaksa, karena tengah-tengah sama belakang itu sudah penuh. Dan ternyata saya perhatikan lagi, hal itu tidak hanya terjadi di ruangan, tapi di grup whatsapp juga.Â
Ada isian untuk menulis daftar nama, nomor 1 sampai 10, nomor 1-6 kosong, nomer 7-10 ada isinya. Jadi nampaknya kita harus bersepakat dengan diri kita, mulai hari ini kalau semua di tarik intisarinya, sebenarnya adalah mengingatkan kembali pesan dari lagu yang sering kita nyanyikan dalam berbagai kegiatan, Indonesia raya, itu bergetar hati kita.
Â
Dalam lagu itu beliau W.R. Supratman bilang, bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Ada yang pernah bertanya, kenapa gak bangunlah badannya dulu? Karena yang diomongin semuanya balik lagi ke mental.
Â
Beberapa anak muda mau mulai bisnis, namun dia itu sendiri. Kalau untuk pelaku usaha ultra mikro itu maklum, karena memang mereka itu survival entrepreneur. Sedangkan kita yang sudah kuliah, apa iya masa survival entrepreneur, sih? Harus opportunity driven dong, harus yang ter-drive oleh peluang. Bukan karena tuntutan perut semata.Â
Nah ketika kamu memulai suatu bisnis, sendiri, artinya kita belum berani meyakinkan satu orang lain kalo gagasan kita itu make sense. Betul kan? Betul. Karena kita tidak berhasil bikin orang lain taking the risk with you. Nah, tapi akhirnya apa? Biasanya akhirnya akan gagal sih kalo mulai bisnis sendiri, kalo misal punya dream big, berbisnis sendiri udah barang pasti ujung-ujungnya kemungkinan besar akan gagal.
Â
Mahasiswa, terlebih dalam organisasinya. Seperti PMII, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Selayaknya menjadi support group, kita punya tempat sefrekuensi untuk berkumpul.Â