Bekerja sebagai petani. Sosok yang menginspirasinya untuk menanggalkan gelar keningratannya. Menyandang predikat sebagai rakyat biasa yang bekerja keras untuk mencapai kebahagiaan di dalam hidup di dunia.
Sungguhpun Ki Ageng Suryomentaram merasa bahagia yang diciptakannya sendiri yakni ketika menjadi rakyat biasa, namun bukan sebagai orang egois dan individualis yang mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan orang lain.Â
Sebagai rakyat biasa, Suryomentaram pula memikirkan nasib sesamanya (basa bangsa Indonesia) yang sekian lama hidup dalam cengkeraman kolonial Belanda.
Karena panggilan hidupnya untuk tampil sebagai pejuang di dalam mengentaskan nasib rakyat Indonesia dari cengkeraman kolonial Belanda, Ki Ageng Suryomentaram berjuang pada bidang pendidikan. Bersama Ki Hajar Dewantara, Suryomentaram mendirikan Taman Siswa.Â
Ketika Taman Siswa berdiri, Suryomentaram menyerahkan rumahnya sebagai gedung dan asrama. Selain itu, Suryomentaram pula menyediakan diri sebagai guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada para siswa yang telah berusia dewasa.
Jalur perjuangan yang ditempuh oleh Ki Ageng Suryomentaram tidak hanya bergerak pada bidang pendidikan, namun secara tidak langsung pula bergerak pada bidang militer.Â
Pendapat tersebut dapat ditunjukkan bahwa Suryomentaram turut bergerak di dalam upaya mendirikan PETA (Pembela Tanah Air). Melalui jalur tersebut, kelak muncul tokoh Jenderal Soedirman yang berjuang melawan pasukan Belanda dengan cara bergerilya.
Selain berjuang pada bidang pendidikan dan militer, Ki Ageng Suryomentaram pula bergerak di bidang filsafat dan ilmu jawa. Melalui permenungan-permenungannya, Suryomentaram memberikan ajaran-ajaran kepada sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya yang tergabung di dalam komunitas Selasa Kliwonan dan Junggring Salaka. Ajaran-ajaran yang dapat membangun mentalitas, moralitas, dan karakter orang Jawa.
Ajaran-ajaran yang disampaikan Ki Ageng Suryomentaram melalui beberapa karya tulisnya, di antaranya: Â Kawruh Begja, Aku Iki Wong Apa, Pangawikan Pribadi, Kawruh Rasa, dan Kawruh Jiwa, Piageming Gesang, Kawruh Pamomong, Jimat Perang, dan lain-lain.Â
Melalui ajaran-ajarannya yang mulai diteliti oleh para ahli dan diamalkan oleh para sahabat dan pengikutnya, Suryomentaram dikenal hingga sekarang. [Sri Wintala Achmad]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI