Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gajah Mada di Balik Pembunuhan Jayanagara

11 Agustus 2019   07:34 Diperbarui: 11 Agustus 2019   08:24 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya: Haris Poerwandi; Foto: Enggran Eko Budianto https://news.detik.com 

BERDASARKAN Serat Pararaton, Jayanagara yang dikenal dengan nama Raden Kalagemet merupakan putra Dyah Wijaya dan Dara Petak dari Negeri Dharmasraya (Sumatera). Ketika menjadi raja Majapahit, Jayanagara tidak memiliki putra. Karena khawatir tahta akan jatuh di luar keturunannya, Jayanagara melarang kedua adik tirinya yakni Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat untuk menikah dengan ksatria lain. Sebaliknya, Jayanagara ingin menikahi kedua adik tirinya tersebut.

Kabar perihal Jayanagara yang ingin menikahi Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat itu disampaikan oleh Ra Tanca pada Gajah Mada. Selain itu, Ra Tanca pula menceritakan bahwa Jayanagara pula telah mengganggu istrinya. Namun dengan sikap dinginnya, Gajah Mada tidak memedulikan laporan Ra Tanca.

Suatu hari, Ra Tanca yang merupakan tabib istana itu dipanggil masuk ke istana oleh Gajah Mada untuk mengobati sakit bisul Jayanagara. Pada waktu itu, Ra Tanca berhasil membunuh Jayanagara di tempat tidur dengan ditusuk taji beracun. Gajah Mada yang mengetahui praktik pembunuhan Jayanagara tersebut bergegas menikam Ra Tanca. Peristiwa berdarah yang menimpa Jayanagara dan Ra Tanca di istana Majapahit tersebut terjadi pada tahun 1328.

Di kalangan para sejarawan, wafatnya Jayanagara di tangan tabib Ra Tanca menimbulkan pertanyaan. Benarkah Ra Tanca membunuh Jayanagara hanya karena raja Majapahit tersebut telah mengganggu istrinya? Benarkah Ra Tanca membunuh Jayanagara karena semula turut mendukung pemberontakan Ra Kuti dari balik layar? Benarkah Ra Tanca membunuh Jayanagara karena inisiasinya sendiri? Dari ketiga pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang berdasarkan suatu analisa logis dan obyektif.

Membunuh Jayanagara Berdasarkan Inisiasi Sendiri

Tersebutkan bahwa Ra Tanca yang merupakan tabib istana Majapahit pernah mengobati Ra Kuti sewaktu terluka ketika berperang melawan pasukan Bhayangkara. Dari sinilah muncul pendapat bahwa Ra Tanca turut mendukung pemberontakan Ra Kuti terhadap kekuasaan Jayanagara.

Semasa Jayanagara kembali ke istana Majapahit dari Desa Bedander paska penumpasan pemberontakan Ra Kuti, Ra Tanca masih diakui sebagai tabib. Dari realitas tersebut dapat diperkirakan bahwa Ra Tanca merupakan tabib andalan Majapahit. Sehingga, Ra Tanca mendapat ampunan dari Jayanagara.

Dalam perkembangan selanjutnya, Ra Tanca mengetahui bahwa Jayanagara telah menggoda istrinya. Bermula dari sinilah, Ra Tanca berhasrat membunuh Jayanagara sewaktu gering. Karenanya ketika Ra Tanca diminta oleh pihak istana untuk mengobati Jayanagara, bukannya menyembuhkan, melainkan membunuhnya. Tetapi, naas bagi Ra Tanca. Sesudah Jayanagara tewas, perbuatan Ra Tanca diconangi oleh Gajah Mada. Sebagai orang kesayangan Jayanagara, Gajah Mada membunuh Ra Tanca.

Kisah tentang Ra Ta Tanca yang membunuh Jayanagara dan Gajah Mada yang membunuh Ra Tanca tersebut dikisahkan di dalam Serat Pararaton bagian 8, sebagai berikut:

Jayanagara memiliki dua orang saudara perempuan, lain ibu, mereka tak diperbolehkan kawin dengan orang lain, akan diambil sendiri. Pada waktu itu tak ada ksatria di Majapahit, setiap ksatria yang tampak lalu dilenyapkan, jangan-jangan ada yang mengingini adiknya itu. Itulah sebabnya maka ksatria-ksatria bersembunyi tidak keluar. 

Istri Tanca menyiarkan berita, bahwa ia diperlakukan tidak baik oleh Jayanagara. Tanca dituntut oleh Gajah Mada. Kebetulan Jayanagara menderita sakit bengkak, tak dapat pergi keluar, Tanca mendapat perintah untuk melakukan pembedahan dengan taji, ia menghadap di dekat tempat tidur. Jayanaga ditusuk oleh Tanca dengan taji sekali dua kali, tidak makan tajinya, lalu raja diminta agar supaya meletakkan jimatnya, ia meletakkan jimatnya di dekat tempat tidur, ditusuk oleh Tanca, tajinya makan, diteruskan ditusuk oleh Tanca, sehingga mati di tempat tidur itu. Tanca segera dibunuh oleh Gajah Mada, matilah Tanca.

Membunuh Jayanagara Karena Perintah Gajah Mada 

Sebagian sejarawan meragukan kalau kematian Jayanagara karena inisiasi murni Ra Tanca. Selain tidak ada data-data sejarah yang menguatkan, alasan Ra Tanca membunuh Jayanagara hanya karena istrinya digoda oleh Jayanagara juga kurang kuat. Amatlah logis kalau sebagian sejarawan memerkirakan bahwa Ra Tanca membunuh Jayanagara karena perintah dari pejabat penting di Majapahit.

Muncul asumsi bahwa pesuruh pembunuhan Jayanagara yang dilakukan oleh Ra Tanca adalah Gajah Mada. Mengingat Gajah Mada sontak membunuh Ra Tanca agar ia tidak membcorkan rahasia perihal siapakah pihak yang memerintah di hadapan pengadil negara.

Faktor lain yang menguatkan kebenaran asumsi bahwa pesuruh pembunuhan Jayanagara oleh Ra Tanca adalah Gajah Mada. Bisa jadi, Gajah Mada diperintah oleh Gayatri -- ibu dari Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat -- yang tidak menyetujui kedua putrinya disunting Jayanagara.

Namun asumsi di muka tetap berpulang sebagai asumsi. Mengingat asumsi tersebut hanya berupa tafsir yang bersumber dari Serat Pararaton, karya sejarah pada zaman pertengahan yang diyakini bercampur dengan fiksi dan dongeng. Sementara, Kakawin Nagarakretagama yang ditulis Mpu Prapanca pada zaman Hayam Wuruk tidak memberikan penjelasan mengenai kasus pembunuhan Jayangara yang dilakukan Ra Tanca. 

Sekali lagi ditandaskan bahwa karena tidak ada bukti-bukti sejarah yang kuat, maka kematian Jayanagara masih misterius sampai sekarang. Sehingga banyak sejarawan belum mengetahui dengan pasti penyebab kematian Jayanagara. Satu yang mereka ketahui dengan berdasarkan Serat Pararaton bahwa arwah Jayanagara didarmakan di Candi Srenggapura di Kapopongan dengan arca di Antawulan. Sedangkan menurut Kakawin Nagarakretagama, Jayanagara dicandikan di pura berlambang arca Wisnuparama, di Silapetak dan Bubat sebagai Wisnu, dan di Sukalila sebagai Buddha jelmaan Amoghasiddhi. [Sri Wintala Achmad]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun