Tahap terakhir dalam penciptaan puisi adalah penyempurnaan. Puisi dikatakan sempurna sebagai karya sastra bila dibubuhi judul dan titi mangsa. Agar mencapai ketepatan, judul harus mengambarkan sifat (karakter) dan kerangka pemikiran puisi. Untuk memilih judul puisi yang tepat, saya memerlukan waktu sehari atau dua hari. Ketika judul sudah didapat dan dituliskan, saya membubuhkan titi mangsa yang lengkap dengan tempat di mana saya mencipta puisi tersebut. Â Dengan demikian, selesailah sudah saya menggubah satu puisi.
Proses Kreatif dalam Cerpen
Terdapat kesamaan namun juga perbedaan dalam proses ketika saya mencipta puisi dengan ketika mencipta cerpen. Kesamaannya ketika mencipta cerpen, saya pula menerapkan teori Six Steps. Perbedaannya terletak pada cara mendapatkan dan menuangkan gagasan ke dalam karya puisi atau cerpen.
Mendapatkan gagasan untuk dituang ke dalam karya cerpen, saya cenderung mendengar orang-orang bercerita atau berdialog di suatu tempat semisal lokasi ziarah. Berdasar pengalaman saya, lokasi ziarah dikunjungi banyak orang bermasalah.Â
Dari cerita atau dialog mereka, saya bisa memeroleh tema yang menarik, seperti: penipuan, perselingkuhan, dan persoalan lain yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat akar rumput.Â
Melalui cerita atau dialog mereka, saya dapat memahami berbagai karakter manusia yang sangat bermanfaat sebagai referensi ketika saya menentukan karakterisasi tokoh-tokoh dalam cerpen.
Sesudah mendapat gagasan, saya menentukan terlebih dahulu bentuk cerpen yang akan saya cipta. Apakah gagasan itu layak dituang ke dalam bentuk cerpen yang mengolaborasikan narasi dan dialog, narasi semata, atau dialog semata.Â
Bila cerpen dicipta dengan mengolaborasikan narasi dan dialog, saya tidak berpatron pada penulisan cerpen gaya lama. Saya sangat menghindari dialog antar tokoh yang cenderung menjelaskan yang sudah jelas, misal: "Dari mana?" tanya Fulan; "Makan!" pinta Suta; "Kau cantik, Sum!" puji Naya; dll.
Ketika saya menuangkan gagasan ke dalam karya cerpen, terdapat lima faktor yang mendapat perhatian ekstra. Pertama, paragraf pertama harus semenarik mungkin dan merangsang pembaca untuk membaca cerpen hingga tuntas.Â
Hal ini saya lakukan karena cerpen tidak akan dibaca tuntas bila paragraf pertama tidak menarik dan tidak menimbulkan penasaran bagi pembaca.
Kedua, menjaga alur tetap dinamis dan membangun konflik antar tokoh yang rumit namun logis. Selain itu, konflik harus mampu memainkan emosi pembaca sehingga hanyut ketika membaca cerpen tersebut.Â