Melihat kecongkakan Baya yang bergegas menuju kamar tidurnya, darah dendam mengalir ke seluruh tubuh Menik. Karena kematian si Hitam telah menghancurkan kenangan terindah Menik dengan Rostawa. Mendiang pacarnya yang memberikan kado kucing hitam itu sewaktu berulang tahun.
***
Selepas dluhur, Baya terbangun dari tidur. Dengan perut keroncongan, Baya menuju ruang makan. Melahap makanan yang terhidang di atas meja. Sesudah kenyang, Baya beranjak dari kursi. Namun sebelum meninggalkan ruang makan, Menik sudah berdiri di depan Baya dengan senapan ketupai. Tanpa sepatah kata, Menik menghujani butiran-butiran peluru ke kepala Baya. Tidak sampai hitungan menit, Baya terjatuh dengan darah mengalir dari kepalanya yang botak.
Melihat Baya yang terkapar di lantai ruang makan itu tidak bernapas lagi, Menik bergegas meninggalkan rumah dengan membawa senapan ketupai. Dengan menumpang angkutan kota, Menik menuju kantor polisi. Menyerahkan diri dan senapan ketupai sebagai tanda bukti.
***
Malam sesudah pertiwa berdarah, rumah Baya yang menjadi tempat kerja Menik sebagai germo itu mendadak senyap. Baya telah membujur di liang lahat. Menik meringkuk kedinginan di dalam tahanan. Jarkisah, Sri Koplak, Rulyati, Yanti dan Kasimah tidak tampak duduk di teras rumah itu untuk menunggu tamu.
Rumah Baya telah menyerupai cungkup kematian. Tidak ada cinta yang memancar seperti lampu petromak. Tidak ada rezeki yang dijaga kucing hitam atas serbuan tikus-tikus keparat. Tiga hari kemudian, rumah itu hancur ketika gempa bumi mengguncang dengan sangat dahsyat!
-Sri Wintala Achmad-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI