Fandy yang belum sepenuhnya percaya perkataan Nadya itu hanya menghela napas sebelum meninggalkan ruang tamu yang berubah lengang. Suasana lengang itu mendadak pecah. Ketika Lily melontarkan pertanyaan yang tak diduga Nadya. "Siapakah Madam Annemie, Ma? Apakah ia, nenek Lily?"
"Benar, Ia yang fotonya selalu kau tanyakan itu, Sayang."
"Jadi...."
"Ya! Foto yang melekat di dinding itu adalah foto nenekmu."
"Kenapa Mama tak pernah mengatakan sebelumnya, kalau foto yang melekat di dinding itu foto Nenek?"
"Waktu belum memungkinkan, Cantik. Tapi kau sekarang sudah mengetahuinya kan, kalau foto itu foto nenekmu," jawab Nadya arif. "Waktu semakin malam. Sekarang kau tidurlah! Sesudah salat Id di masjid esok pagi, kita ke bandara. Menjembut nenekmu."
Dengan wajah berbinar, Lily beranjak dari ruang tamu. Selepas Lily, Nadya mematikan lampu ruang tamu. Karena lelah sesudah siang hingga malam sibuk berkerja di rumah, Nadya segera terbawa ke alam tidur seusai merebahkan tubuhnya di ranjang. Di samping Fandy yang selalu  mendengkur saat tidur.
***
SEBELUM matahari muntah dari rahim malam, Nadya beserta Fandy dan Lily sudah terbangun. Dengan pakaian baru, mereka pergi ke masjid untuk takbiran dan salat Id. Sebagaimana jamaah lainnya, mereka menyimak khotbah dari seorang Kiai tentang makna lembaran hidup baru. Tentang calon pemimpin baru yang diharapkan menjadi nahkoda bagi bahtera bangsa. Tentang harapan baru yang akan membawa perbaikan nasib dari hari ke hari.
Namun harapan yang diserukan Kiai agar dimiliki oleh setiap umatnya itu tak dimiliki Nadya pada hari itu. Harapan akan kedatangan Annemie tinggallah harapan saat mendengar kabar melalui televisi sepulang dari masjid. Kabar tentang tertembaknya pesawat yang ditumpangi Annemie di tepian wilayah udara benua Eropa oleh seorang belum dikenal identitasnya.
Bersama jatuhnya foto berbingkai di ruang tamu yang tak diketahui penyebabnya, langit biru di mata Nadya tampak terselimuti sembilan lapisan awan. Orang-orang yang akan bersilaturahmi pada tetangga kiri-kanan membelokkan arah langkah ke rumah Nadya. Mereka mengerumun di antara Fandy dan Lily untuk menyadarkan Nadya dari pingsan.
-Sri Wintala Achmad-