"Mari Den Ayu, segera masuk ke mobil! Kasihan anak-anak."
"Ya, Jon."
Disertai Hamidah dan anak-anaknya, Jono melangkahkan kakinya menuju mobil. Sesudah memasukkan seluruh perbekalan Hamidah di dalam bagasi, ia masuk ke dalam mobil. Duduk di jok kemudi di samping Hamidah yang tubuhnya menyerbakkan parfum beraroma melati. Tak seberapa lama, mobil itu bergerak meninggalkan halaman parkir bandara.
***
"Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. La ilaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar. Wa lillahilhamd."
Suara takbir menggema dari masjid dan langgar. Sepulang menyaksikan takbiran keliling; Den Lara Hartati, Hamidah, dan anak-anaknya berkumpul di ruang tamu. Menikmati opor ayam dan minuman orson rasa anggur. Melepas kangen dengan bersendau gurau.
Waktu melarutkan malam. Den Lara Hartati dan kedua cucunya tertidur pulas di kamarnya. Sementara Hamidah masih terjaga sembari menunggui bayinya. Kedua matanya teramat sulit dipejamkan. Hatinya galau. Lantaran WA ucapan lebaran yang dikirimkan ke ketiga android Pras belum bercentrang biru.
Dengan gerakan kasar, Hamidah beranjak dari ranjang. Meninggalkan bayinya. Keluar dari dalam kamarnya yang terasa pengap. Duduk di salah satu kursi kayu jati berukir di ruangan tamu. Berulangkali menengok ponselnya. Hatinya kian galau. Manakala menjelang subuh, WA ucapan lebarannya pada Pras itu belum juga terbaca.
Hamidah bertanya-tanya dalam hati. Mungkinkah Pras yang tak mudik bersamanya dengan alasan sibuk dengan pekerjaannya itu hanya cara untuk dapat berselingkuh dengan Nurlinda. Bendaharanya yang pernah mengirim WA jorok ke android Pras? Â Mungkin. Ya, mungkin.
Berulang kali, Hamidah menghela napas panjang untuk melonggarkan dadanya yang terasa tersumpal sebongkah batu. Sekalipun demikian, prasangka buruknya pada Pras yang kian mengganggu pikirannya itu memicunya untuk berteriak lantang, "Dasar lelaki brengsek!"
Den Lara Hartati yang terbangun lantaran dikejutkan dengan teriakan Hamidah itu melangkah menuju ruang tamu. Duduk di kursi di samping menantunya. "Ada apa denganmu, Ndhuk? Â Siapa lelaki yang kau umpat dengan kalimat sekasar itu? Apakah Pras?"