***
RATU Sri Wulan berang saat mendapat laporan dari prajurit bahwa pasukan Pajajaran memasuki alun-alun Nusatembini. Tanpa punggawa, panglima perang, dan pasukan jin; ia menghadapi Patih Tilandanu beserta pasukannya.
Di alun-alun, Ratu Sri Wulan mencabut konde yang menancap di rambutnya. Melemparkan konde itu ke angkasa. Tiba-tiba cahaya yang menyilaukan memancar dari langit. Membutakan mata orang-orang Pajajaran. Karena sifat mulianya, ratu Nusatembini itu mengampuni dan menyembuhkan orang-orang Pajajaran dengan air mata kuda sembrani.
Seusai Patih Tilandanu menyampaikan maksud kedatangannya ke Nusatembini, Ratu Sri Wulan memberikan seguci air mata kuda sembrani. Sepulang di Pajajaran, guci itu diserahkan oleh Patih Tilandanu pada Prabu Bannyak Blabur. Oleh Ki Charak, guci itu ditanam di alun-alun. Dalam hitungan hari, Pajajaran terbebas dari wabah penyakit.
Bersuka-citalah Prabu Banyak Blabur tatkala seluruh rakyat dan putrinya berhasil disembuhkan dari penyakitnya. Sejak itu, permusuhan antara Pajajaran dan Nusatembini berakhir dengan perdamaian. Tak ada perang. Sehingga rakyat dari kedua kerajaan itu hidup dalam ketenteraman.
-Sri Wintala Achmad-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI