Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dongeng | Ranjaban Abimanyu [Bagian 1]

6 Maret 2018   18:56 Diperbarui: 6 Maret 2018   19:08 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hanya prajurit-prajurit rucah?" Wajah Bathara Guru tampak semuram langit berawan di musim hujan. Seusai mendesah, Bathara Guru melanjutkan perkataannya. "Kapan Abimanyu mati di medan laga, Penyarikan?"

"Maaf, Adhi Guru!" Narada menyela pembicaraan. "Hendaklah Adhi Guru tak menanyakan hal itu pada Penyarikan! Ingat rahasia Kitab Jitabsara hanya Adhi Guru, Eyang Pada Wenang, Penyarikan, dan Kresna. Bila Penyarikan melontarkan jawaban atas pertanyaan Adhi Guru, Bisma yang terus memperhatikan pembicaraan kita di bawah sana akan turut mengetahui rahasia isi Kitab Jitabsara"

"Benar apa yang dikatakan Wa Narada." Penyarikan nimbrung dalam pembicaraan. "Sebaiknya salinan Kitab Jitabsara Ananda serahkan pada Ayahnda Manikmaya. Ayahnda akan dapat membacanya sendiri. Tanpa orang lain ikut mengetahui isinya."

Bermuka masam, Bathara Guru menerima salinan Kitab Jitabsara. Tanpa membuka salinan Kitab Jitabsara; Bathara Guru meninggalkan Narada, Penyarikan, dan beberapa dewa lain -- Bayu, Indra, Kanwa, Brama, Basuki, Yamadipati, Kuwera, dan Sambu. Karena senja mengisyarakan pada pasukan Korawa dan Pandawa untuk menghentikan Bharatayuda, Narada beserta dewa-dewa lain bergegas meninggalkan ara-ara mega. Pulang ke tempat singgahnya masing-masing. [Bersambung]

- Sri Wintala Achmad -

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun