Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ki Dalang

6 Maret 2018   09:32 Diperbarui: 6 Maret 2018   15:34 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baik, Ki."

Ki Dalang mendekati kotak kayu. Mengambil drigen berisi yang berisi bensin. Menyiramkan bensin ke kotak. Menyentikkan sebatang korek api yang telah dinyalakan. Sontak kotak itu terbakar. Asap membumbung pekat ke angkasa. Seluruh pegawai kalurahan keluar dari ruang kerjanya. Menyaksikan ulah Ki Dalang yang semakin nyeleneh.

***

BERITA tentang Ki Dalang yang membakar wayang di halaman Gedung Serbaguna Kalurahan Ngudi Budaya tersiar luas ke seluruh penjuru desa. Tidak heran, kalau malam pergelaran wayang lakon Pandawa Boyong mampu menyedot lebih banyak penonton ketimbang lakon-lakon sebelumnya. Semenjak dimulainya pergelaran wayang oleh Ki Dalang hingga adegan Aswatama yang memburu Banowati, seluruh mata penonton tertuju ke kelir.

"Dasar buaya!" Kontet mengumpat dengan lantang. "Siapakah Aswatama itu, Krik? Perilakunya menyamai jago wareng milik tetanggaku."

"Ia anak semata wayang Pendeta Durna yang lahir dari rahim Wilutama." Cakrik menghela napas panjang. "Bidadari yang pernah dikutuk Dewata menjadi kuda sembrani."

"Lantas siapakah perempuan bunting yang diburu-buru Aswatama itu?"

"Banowati. Permaisuri Doryudana yang memiliki PIL Raden Arjuna. Ia lahir dari rahim wanita setia kepada guru lakinya. Setyawati."

"Lihat Krik! Banowati berhasil digagahi Aswatama."

Cakrik meludah. Baginya, Ki Dalang telah melanggar pakem pakeliran. Tuntunan dan tatanan di dalam pertunjukan wayang yang seharusnya dijaga dengan sepenuh daya. Bukan diobrak-abrik demi kepuasan diri sendiri. Cakrik kembali meluncurkan ludahnya ke tanah.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun