Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Elegi Gadis Desa Teluk Cikal

3 Maret 2018   22:40 Diperbarui: 3 Maret 2018   22:53 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://ceritarakyatnusantara.com

/12/

Betapa girang Nyai Ageng, Arimbi, dan Sengsemwulan; manakala mendengar sumpahku di hadapan Wiraguna. "Lebih baik lampus bila terjamah si bandot tua!"

Betapa riang aku menerima kebijakan Wiraguna. "Mendut! Menolak kehendak asmaraku, tak soal. Asal kau serahkan pajak harian padaku tiga real."

Betapa hidup jiwa kancilku di jebakan mulut buaya untuk membuka kisah baru sebagai penjual rokok lintingan. Tak perduli orang-orang mengecapku si lacur murahan.

/13/

Di ruang belakang puri katumenggungan dekat gedhogan yang sempit, pengap, lembab, senyap, dan berdebu. Aku dipisahkan dari istri utama dan selir-selir Wiraguna.

Hanya Arumardi, putri dari lereng Gunung Merapi yang melapangkan dadaku seluas bentang angkasa. Menghangatkan jiwaku dari belenggu musim dingin. Menopangku seperti tongkat, menunjukkan jalan seperti cahaya.

Bersama Arumardi, aku menjalani pekerjaan baru sebagai penjual rokok lintingan di pasar dekat kotapraja. Rokok kenikmatan bagi setiap lelaki kesepian.

/14/

Fajar membentangkan layar jingga kemerahan lebar-lebar dengan matahari serupa spotlightyang memendarkan cahaya. Isyarat kehidupan baru kembali untuk dimaknai dengan peluh dan terkadang air mata.

Di Pasar Gede dekat kotapraja Mataram telah seriuh-gaduh rumah lebah selepas subuh. Di mana penjual dan pembeli saling tawar untuk menggapai kesepakatan harga terendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun