BULAN demi bulan, Goprak menunggu datangnya keajaiban dari batu akik bergambar naga yang diyakininya dapat mendatangkan rezeki berlimpah. Namun sekian lama ditunggu, rezeki itu tak kunjung tiba. Hingga, pendiriannya mulai goyah. Goprak bermaksud menjual batu akiknya pada Babah King.
Sesudah mendapatkan uang pinjaman dari bank dengan jaminan sertivikat tanah, Goprak ingin terbang ke Negeri Singa. Menjual batu akiknya pada Babah King. Jam tujuh pagi, pesawat yang ditumpanginya lepas landas dari bandara. Menuju Negeri Singa. Negeri kecil yang tingkat kemakmurannya sepuluh kali lipat dengan negerinya sendiri.
Mengacu alamat pada kartu nama, Goprak yang keluar dari bandara di Negeri Singa itu bergegas menuju rumah Babah King dengan taksi. Sesampai di depan pintu pagar besi yang mengelilingi rumah mewah berlantai tiga, Goprak ditemui seorang lelaki muda bermata sipit.
"Anda siapa?" Lelaki muda itu menatap Goprak penuh selidik. "Tampaknya Tuan datang dari jauh?"
"Benar," Â jawab Goprak santun. "Perkenalkan. Namaku Goprak."
"Apa maksud kedatangan Tuan Goprak di rumahku?"
"Ingin menjual batu akik bergambar naga pada Babah King."
"Ayah telah meninggal dua hari lalu. Terkena serangan jantung."
Wajah Goprak pucat. Tanpa mengucap salam, Goprak kembali ke bandara dengan taksi. Sepanjang perjalanan, tak ada yang dipikirkan. Selain harapannya untuk mendapatkan uang 3,5 M telah pupus. Dalam diam, Goprak mengutuk Nyi Gantiwarni. Leluhur Ngadiluwih yang memberikan bisikan kalau batu akik miliknya akan mendatangkan rezeki berlimpah.
***
JAM tujuh malam, pesawat yang ditumpangi Goprak landing di bandara terbesar di negerinya. Dengan langkah gontai, Goprak meninggalkan bandara. Selagi menunggu angkot di trotoar jalan, seorang lelaki menyambar ranselnya yang berisi perbekalan dan batu akik bergambar naga. Teriakannya sia-sia. Lelaki itu telah kabur dengan motornya.