SELAIN dikenal sebagai wilayah penghasil minyak dan ikan, Cilacap dikenal melalui berbagai tempat wisatanya. Nusa Kambangan, Benteng Pendem, Teluk Penyu, Gua Selok, Pantai Widara Payung, Kumbang Kangkung, Pantai Kamulyan, dan Gunung Srandil merupakan tempat-tempat wisata yang sangat memikat untuk dikunjungi.Â
Terutama, Gunung Srandil. Tempat yang selalu ramai pada saat malam Jum'at Kliwon dan Selasa Kliwon ini tidak sekadar menjadi tujuan para wisatawan; namun pula para politikus, seniman, budayawan, dan spiritualis.Â
Bagi para spiritualis; Gunung Srandil yang terletak di Glempang Pasir, Adipala, Cilacap itu merupakan tempat paling tepat untuk diziarahi sambil mengenal petilasan-petilasan serta melaksanakan laku nyepi seperti berpuasa atau bermeditasi.Â
Karena tak khayal, tampak beberapa orang tengah bermeditasi atau berziarah di salah satu titik Gunung Srandil pada siang hari. Bahkan terdapat beberapa orang yang telah melakukan ziarah selama berhari-hari.
Petilasan dan Kaki Semar
Di seputar Gunung Srandil, terdapat pula beberapa petilasan lain, seperti: Petilasan Eyang Kumalayekti, Petilasan Eyang Wuruh Galih, Petilasan Argapuyuh, Petilasan Eyang Pakujati, dsb. Sementara di puncak Gunung Srandil yang diyakini sebagai puncak kahyangan tersebut terlihat Petilasan Eyang Langlang Buwana dan Eyang Mayangkara. Menurut para spiritualis, bahwa puncak Gunung Srandil merupakan tempat kadewatannya Kaki Semar.
Namun dari sekian petilasan di Gunung Srandil, hanya Petilasan Kaki Semar yang paling tersohor di kalangan masyarakat luar Cilacap. Ini sangat wajar. Mengingat Semar yang dianggap sebagai Sabdapalon Sang Pamomong Raja-Raja Tanah Jawa itu telah sekian lama dikenal oleh masyarakat.Â
Bahkan sekalipun hanya tokoh fiktif yang dimitoskan, namun sebagian masyarakat meyakini keberadaan Semar sebagai leluhur di tanah Jawa. Mereka pun menyimbolkan bahwa Semar sebagai kawula ajiwa bathara. Rakyat yang berjiwa dewa.
Karena sebagai kawula ajiwa bathara, Kaki Semar dianggap oleh para peziarah menjadi leluhur utama di Gunung Srandil. Dengan demikian, setiap ritual yang akan dilakukan oleh peziarah harus mengikuti petunjuk gaib dari Kaki Semar.Â
Dimana peziarah akan melakukan ritual dengan mengelilingi Gunung Srandil dengan melawan arah jarum jam sembari melafalkan kata-kata suci. Ini dimaksudkan agar peziarah dapat bertemu dan mendapatkan petunjuk dari Pangreh Gaib yang tak lain Tuhan itu sendiri. Dengan demikian sangat bertentangan dengan ajaran Kaki Semar, bila berziarah di Gunung Srandil untuk mencari pesugihan atau pemenuhan tujuan-tujuan sesat lainnya.