Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang Tak Sampai

15 Mei 2024   09:48 Diperbarui: 15 Mei 2024   09:49 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata orang perjalanan hidup ini penuh dengan kejutan yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Banyak kejadian atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita merupakan suatu kebetulan yang tidak disengaja, termasuk dengan munculnya benih-benih cinta yang bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja. Siang itu Stasiun Pasar Senen Jakarta terlihat sangat ramai dengan para calon penumpang yang akan melakukan perjalanan dengan menggunakan kereta api ke berbagai kota tujuan yang ada di Pulau Jawa. Pada saat itu aku baru saja turun dari bus kota tepat di depan Stasiun Pasar Senen, lalu segera berjalan santai menuju ke dalam area stasiun sambil melewati tempat parkir yang terlihat padat dengan deretan mobil yang tengah terparkir. Setibanya aku di lobi stasiun yang tampak megah dan modern ini, aku segera berjalan menuju ke barisan calon penumpang yang sedang antri untuk bisa masuk ke ruang tunggu keberangkatan yang berada di area dalam stasiun.

   Setelah melalui pemeriksaan tiket oleh petugas, akhirnya aku dipersilakan masuk ke dalam area ruang tunggu keberangkatan. Setelah berada di dalam area ruang tunggu keberangkatan, aku segera mengambil tempat duduk di salah satu deretan kursi yang tersedia. Kurang dari dua puluh menit, terdengar pengumuman dari pengeras suara yang memberi tahu bahwa kereta api Matarmaja telah tersedia di peron jalur nomor satu. Aku segera bangkit dari tempat dudukku, mengenakan tas bahu, lalu berjalan menuju ke tempat kereta api tengah berhenti di peron jalur satu. Dalam tiket yang aku pegang, di situ tertulis nomor kursi tempat aku duduk yang berada di gerbong kereta nomor sembilan. Segera aku menuju ke gerbong kereta nomor sembilan yang berada di urutan paling belakang sebelum kereta pembangkit. Setelah aku berada di dalam gerbong kereta dan duduk santai di kursi, tiba-tiba seorang wanita cantik berdiri di sampingku sambil berkata:

   "Mohon maaf sebelumnya, saya mau meletakkan koper di bagasi atas tempat duduk Anda," katanya dengan tersenyum.

   Aku segera bangkit berdiri dan dengan sigap membantu wanita itu meletakkan kopernya di bagasi atas tempat duduk. Kemudian ia mengucapkan terima kasih banyak sambil menunjuk kursi kosong yang berada di sampingku yang ternyata adalah tempat duduknya. Aku mempersilakannya untuk duduk lebih dulu dan kemudian aku kembali duduk di kursiku. Sungguh ini adalah sebuah kejutan yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Selama perjalanan panjang nanti, aku akan ditemani dengan seorang wanita cantik yang terlihat bagaikan seorang bidadari yang turun dari kayangan.

   Tepat pada waktunya, akhirnya kereta api Matarmaja mulai berjalan perlahan meninggalkan Stasiun Pasar Senen menuju ke tujuan akhir yang berada di kota Malang, Jawa Timur. Selama di perjalanan, wanita cantik yang tengah duduk di sampingku terlihat selalu memandang ke luar jendela, seakan pemandangan hijaunya lahan persawahan begitu menarik perhatiannya. Tidak terasa malam pun tiba dan suasana di luar kereta begitu gelap sehingga tidak ada yang dapat dilihat kecuali siluet cahaya yang berkelebat dengan cepat. Untuk mengusir rasa bosan dan juga rasa penasaran terhadap wanita cantik yang tengah duduk di sampingku, akhirnya aku memberanikan diri membuka percakapan dengannya:

   "Mohon maaf sebelumnya, kalau boleh tahu nama Mbak siapa?" tanyaku dengan sopan.

   Wanita cantik itu segera berpaling menghadapku dengan senyum manisnya dan berkata, "Nama saya Namira. Kalau saya juga boleh tahu, nama Mas siapa?"

   "Nama saya Fauzan. Senang berkenalan denganmu Namira," ujarku dengan wajah berseri-seri.

   "Sama-sama," balasnya dengan senyum cantiknya. Kini, giliran ia yang bertanya kepadaku, "Kalau boleh tahu, Mas Fauzan nanti turun di stasiun mana?"

   "Saya nanti turun di Stasiun Kediri. Kalau Namira sendiri, nanti turun di stasiun mana?" tanyaku penuh selidik.

   "Sama, aku juga turun di Stasiun Kediri. Berarti perjalanan panjang kali ini akan kita lalui bersama," ujar Namira dengan senyum yang terlihat sangat cantik dan hatiku seakan meleleh dibuatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun