Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang Tak Sampai

15 Mei 2024   09:48 Diperbarui: 15 Mei 2024   09:49 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   "Aku tetap tidak akan setuju jika Namira menikah denganmu, dan bisa-bisa Namira akan menderita hidupnya ketika telah bersama denganmu," ujarnya dengan tatapan menghina serta merendahkan. "Dengar baik-baik! Aku sendiri yang akan pilihkan calon suami yang paling cocok buat Namira, supaya anakku bisa hidup bahagia setelah menikah tapi itu bukan dengan kamu pastinya."

   "Aku menyadari jika aku memang berasal dari keluarga miskin, tapi aku sangat mencintai Namira dan ingin bisa menikah dengannya," kataku berusaha memperjuangkan cintaku yang hampir kandas dihantam oleh kenyataan pahit bahwa cintaku ditolak.

   "Baguslah kalau kamu menyadari posisi kamu yang tidak sepadan dengan keluarga kami yang terpandang. Jadi saran saya, carilah wanita lain di luar sana dan aku yakin pasti ada wanita yang akan mau menerima dirimu dan cintamu dengan tulus serta apa adanya."

   Mendengar ucapan yang terkesan menghina membuat telingaku menjadi panas dan emosi di dalam diriku mulai meningkat. Ternyata jalanku untuk bisa hidup dengan Namira akhirnya pupus sudah untuk selamanya. Aku tidak akan pernah bisa untuk selalu berada di sampingnya. Hanya ada secuil kenangan indah saat pertama kali aku bertemu dengan Namira dalam sebuah perjalanan dengan menggunakan kereta api yang akan selalu membekas di dalam ingatan serta hatiku.

   "Mas Fauzan, jika kamu sudah selesai dengan semua ini silakan pulang," kata ayah Namira dengan nada memerintah seakan keberadaanku di tempat ini bagai kotoran yang harus segera dibuang.

   Semakin lama aku duduk di sini semakin aku merasa jengkel dan muak dengan kesombongan ayah Namira yang begitu membanggakan akan status sosial yang dimilikinya.

   "Baiklah. Bapak juga ibu saya pamit dulu dan tolong sampaikan salam saya kepada Namira," pintaku sambil bangkit dari tempat dudukku.

   "Pasti akan saya sampaikan salam Mas Fauzan kepada Namira," balasnya singkat tanpa ada senyuman di wajahnya.

   Setelah berpamitan dengan kedua orang tua Namira, aku segera pergi meninggalkan rumah mewah itu yang telah menjadi mimpi buruk yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Dalam perjalanan pulang ke rumah, aku menyempatkan untuk berhenti di tempat aku biasa bertemu serta menghabiskan waktu bersama dengan Namira. Malam itu aku tak kuasa menahan air mataku saat memikirkan nasib cintaku yang tulus ternyata tidak direstui oleh kedua orang tua Namira. Akan tetapi, ada satu hal yang membuatku merasa sakit hati manakala kedua orang tua Namira beranggapan jika seorang karyawan toko tidak bisa membahagiakan istrinya ketika telah menikah. Apakah semuanya harus diukur dengan harta benda dan materi? Bukankah cinta itu adanya di dalam hati dan hanya bisa dirasakan oleh dua insan yang menjalaninya? Hatiku begitu hancur malam itu, seakan dunia yang aku tempati terbelah dan akhirnya pecah berkeping-keping beserta potongan-potongan kenangan indahku bersama Namira wanita yang begitu aku cintai.

   Aku hanya bisa duduk termenung seorang diri sambil memandang gelapnya malam yang ada di hadapanku tanpa tahu akan ke mana hidupku setelah semua kejadian ini. Hanya tuhan yang tahu akan seperti apa jalan hidup yang akan aku lalui ke depan dan itu semua masih menjadi misteri.

_Tamat_

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun