Malam itu adalah malam terindah yang pernah aku lalui dalam perjalanan hidupku. Selama sisa perjalanan, aku dan Namira berbicara mengenai berbagai topik dan seakan kami adalah teman akrab yang sudah lama tak berjumpa. Malam itu aku jatuh tertidur di kursiku dengan perasaan cinta yang mulai mengembang di dalam hatiku. Itulah kejuatan terindah dalam hidupku, tetapi ada satu kejutan lainnya yang akan aku alami dalam perjalanan hidupku.
&&&
Sebelas bulan telah berlalu semenjak pertemuan pertamaku dengan Namira yang terjadi secara tidak sengaja dalam sebuah perjalanan dengan menggunakan kereta api. Sejak saat itu telah banyak hal yang aku lalui bersama Namira wanita yang begitu aku cintai. Pada suatu sore yang cerah ketika aku dan Namira sedang menghabiskan waktu bersama dengan menyusuri jalanan desa yang masih asri, lalu berhenti sejenak di atas sebuah jembatan yang di bawahnya mengalir air sungai yang berasal dari puncak gunung yang berdiri kokoh di belakang kami. Bisa dikatakan sore itu adalah momen terindah yang aku lalui bersama Namira. Ketika aku dan Namira tengah duduk berdua sambil melihat hijaunya lahan persawahan dengan berlatar langit biru sejauh mata memandang, tiba-tiba Namira berkata kepadaku:
  "Mas Fauzan, kapan Mas mau datang ke rumah untuk bertemu dengan kedua orang tuaku?"
  Mendengar pertanyaan Namira, aku langsung menoleh kepadanya dan memandang lurus tepat di matanya. "Namira, secepatnya aku akan datang ke rumah kamu untuk berjumpa dengan kedua orang tuamu," jawabku dengan seulas senyum.
  "Sungguh! Mas Fauzan akan datang ke rumah Namira? Karena kedua orang tua Namira selalu bertanya mengenai Mas 'Kapan dia mau datang ke rumah?'. Aku jadi tidak enak sendiri kalau setiap hari selalu ditanya soal kedatangan Mas Fauzan," ujar Namira mencurahkan isi hatinya kepadaku.
  "Aku pasti datang ke rumah kamu Namira. Bagaimana kalau hari Sabtu depan?" tanyaku dengan perasaan senang di dalam hati.
  "Boleh Mas. Hari Sabtu depan aku tunggu kedatangan Mas ke rumah, supaya bisa berjumpa dengan kedua orang tua Namira," jawabnya dengan senyum cantik di wajah.
  Sore itu perasaanku begitu berbunga-bunga karena sebentar lagi aku akan berjumpa dengan kedua orang tua Namira, dan semoga saja hubungan ini mendapatkan restu dari kedua orang tua Namira. Pada malam hari saat aku tengah duduk berdua dengan ibuku, aku menceritakan permintaan Namira kepadaku untuk datang berkunjung ke rumahnya agar kedua orang tuanya bisa berjumpa denganku. Mendengar berita baik yang baru saja aku sampaikan, wajah ibuku seketika nampak berseri-seri dan ada aura kebahagiaan yang terpancar jelas di wajahnya. Karena ibuku mengetahui, jika Namira adalah anak dari seorang yang terpandang dan bisa dibilang Namira adalah gadis tercantik yang ada di desa kami.
  "Alhamdulillah anakku," kata ibuku, "semoga ini adalah langkah awal untuk kamu dan Namira bisa menjadi sepasang suami-istri."
  "Terima kasih ibu. Aku juga berharap seperti itu, semoga pertemuan ini bisa membawa kebahagiaan untukku juga ibu. Karena selama ini ibu selalu mendorong aku untuk segera mencari pendamping hidup," kataku sambil tersenyum memandang wajah ibuku.