Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pernikahan nan Syahdu

15 Agustus 2023   08:47 Diperbarui: 15 Agustus 2023   22:19 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   "Saya terima nikahnya dan kawinnya Fahna binti Ismed dengan emas kawinnya tersebut tunai." Dua saksi langsung menganggukkan kepala tanda akad nikah ini sah. Dan terdengarlah suara para tamu undangan mengucapkan 'Barakallah', kemudian disusul para fotografer dan beberapa tamu undangan mengabadikan momen sakral ini dengan kamera smartphone mereka.

   Aku akhirnya merasakan kelegaan seolah beban berat tercerabut keluar dari dalam diriku ketika proses akad nikah pagi ini berjalan lancar tanpa ada halangan. Dan mulai saat ini, aku beserta Fahna telah resmi menjadi sepasang suami istri yang sah secara agama juga negara. Aku segera bersalaman dan mencium tangan Ayah Ismed yang sekarang telah menjadi ayah mertuaku. Setelah itu aku kembali duduk di kursi sambil menanti hidangan yang sedang disajikan berupa nasi briani dengan daging kambing oven, ditambah acar buah dan sambal. Aku segera memakannya karena perutku sudah meronta-ronta meminta makan setelah ketegangan yang aku rasakan sejak pagi tadi. Setelah selesai makan dan menandatangani beberapa berkas termasuk buku nikah, aku segera diantar oleh Ayah Ismed untuk bertemu dengan istriku yang sedang menunggu di dalam kamar pengantin. Di dalam hati aku sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan istriku, lalu memeluknya dengan lembut karena ia adalah wanita yang begitu aku cintai. Ini adalah hari yang telah aku nantikan selama bertahun-tahun dan akhirnya dapat terwujud menjadi kenyataan.

   Aku beserta Ayah Ismed berjalan bersama meninggalkan tempat acara akad nikah, tetapi langkah kami terhenti karena para tamu undangan yang sebagian besar keluarga besar Fahna datang menghampiriku untuk bersalaman, memelukku, meminta foto, dan mengucapkan selamat menempuh hidup baru. Setelah ramah-tamah singkat dengan para tamu undangan, aku melanjutkan berjalan menuju ke dalam rumah Fahna yang ternyata sudah banyak para tamu undangan yang dikhususkan untuk para wanita. Dengan wajah tersenyum dan sedikit perasaan malu. Aku berjalan di antara para ibu-ibu yang langsug riuh ketika melihat siapa yang datang. Saat ini aku tengah berdiri tepat di depan pintu kamar pengantin yang di dalamnya Fahna istriku sedang menungguku. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang dan tenggorokanku seperti tersumbat batu besar yang membuatku sulit untuk menelan. Aku seperti merasakan sensasi yang belum pernah aku rasakan selama ini. Apakah ini yang disebut dengan getaran cinta sepasang pengantin baru yang ingin mendekat dan menyatu, bagaikan dua buah kutub magnet yang saling berlawanan bertemu maka terjadilah gaya saling menarik.

   Ayah Ismed membuka pintu kamar pengantin dan saat itu juga aku bisa mencium aroma dupa pengantin, juga bunga-bunga mawar yang memancarkan aroma harum serta memikat keluar dari dalam kamar. Setelah pintu terbuka, aku dengan digandeng Ayah Ismed dipersilakan masuk untuk bertemu dengan istriku Fahna. Ketika aku telah berada di dalam kamar penganti sambil berdiri, barulah untuk pertama kalinya aku memandang wajah istriku yang sedang duduk di atas kasur pengantin yang berhias bunga-bunga, dipadu dengan bantal-bantal beserta guling yang ditata dengan elegan. Fahna duduk dengan tersenyum dan senyuman itu seakan melelehkan hatiku detik itu juga. Aku memandang wajah Fahna dan sungguh dia terihat begitu cantik dengan riasan dan baju pengantin warna putih yang menutupi tubuh indahnya. Ditambah sebuah mahkota yang bertengger di atas kepalanya menjadikan Fahna bagaikan seorang putri yang turun dari kayangan. Fahna segera berdiri, lalu berjalan mendekat kepadaku dan aku pun berjalan mendekat untuk menyambutnya. Fahna langsung menyalamiku sambil mencium tangan kananku. Aku segera memeluknya dengan lembut serta mencium kening Fahna untuk pertama kalinya.

   Ketika tengah berada di dalam kamar pengantin bersama Fahna istriku, aku merasakan rasa bahagia, rasa haru, juga rasa cinta dan rasa sedih seolah semuanya bercampur menjadi satu, dan tanpa sadar perasaan itu meluap dari dalam diriku seolah tak bisa dibendung lagi. Akhirnya air mata kebahagiaan turun membasahi pipiku. Dalam momen yang begitu mengharukan ini, Aku mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah dari dalam saku baju yang aku kenakan. Dengan perlahan aku membuka kotak itu dan tampaklah sebuah cincin kawin dangan lambang cinta berwarna merah. Aku mengambil cincin itu dan dengan tangan gemetar aku memasangkannya di jari manis Fahna. Setelah cincin kawin itu terpasang, aku segera memeluk Fahna untuk yang kedua kalinya karena aku begitu mencintainya dan tidak ingin melepasnya kembali setelah ini. Mulai hari ini dan seterusnya lembaran baru dalam perjalanan hidupku dimulai, dan mulai sekarang, aku telah menjadi bagian dari hidup Fahna dan bersama-sama akan mengarungi perjalanan kehidupan dunia ini.

   Tetapi, ada satu yang kurang dalam momen bahagia yang aku rasakan saat ini. Sungguh sangat disayangkan ibuku tidak bisa hadir dan menemani Fahna di dalam kamar pengantin yang indah dan penuh cinta ini. Rasa bersalah ini selalu aku rasakan dalam diriku karena meninggalkan ibuku beserta adik-adikku di rumah. Tetapi aku sudah berjanji akan mengajak Fahna istriku untuk mengunjungi ibuku yang ada di Pulau Jawa dalam waktu dekat. Ditambah lagi, aku dan Fahna akan menikmati bulan madu yang sangat spesial di atas kapal laut KM Sinabung yang berlayar dari Pulau Bacan menuju ke Surabaya yang ada di pulau Jawa. Aku sudah tak sabar menanti perjalanan spesial ini yang akan di tempuh selama lima hari di tengah laut. Berdua kami akan menikmati waktu bersama di atas kapal, mamadu kasih dan cinta, menikmati matahari terbit dan terbenam bersama, dan melepaskan semua rasa yang ada di dalam hati. Dan ada satu hal lagi yang membuatku tak sabar ingin segera merasakannya, yaitu indahnya malam pertamaku bersama Fahna di dalam kamar pengantin ini.

_Selesai_

pixabay
pixabay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun