Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pernikahan nan Syahdu

15 Agustus 2023   08:47 Diperbarui: 15 Agustus 2023   22:19 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Aku merasakan semangat dan kebahagiaan di dalam hatiku, karena hari ini adalah awal lembaran baru dalam perjalanan hidupku yang akan dimulai beberapa jam mendatang. Setelah puas memandang indahnya laut biru yang bermandikan cahaya matahari pagi. Aku segera beralih menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mempersiapkan segala sesuatunya. Selepas dari kamar mandi, aku meletakkan pakaian yang akan aku kenakan di atas tempat tidur. Dengan seksama aku memeriksa pakaian yang akan aku kenakan untuk acara akad nikah pagi ini. Setelah puas dengan semua persiapan kecil ini, aku lalu mengenakan pakaian sambil berdiri di depan cermin kamar hotel. Setelah selesai berpakaian, aku memerhatikan penampilanku di cermin dan aku merasa puas. Aku segera mengemasi barang-barangku ke dalam koper lalu merapikan tempat tidur hotel. Setelah menyelesaikan pekerjaan kecil ini, aku memandang untuk terakhir kalinya suasana kamar hotel yang akan aku tinggalkan. Dengan perasaan sedih serta bercampur haru, dalam hati aku mengucapkan 'selamat tinggal' lalu menutup pintu kamar hotelku serta menguncinya, kemudian aku berjalan perlahan di lorong meninggalkan kamar yang akan selalu menjadi sepenggal kisah kenangan dalam perjalanan hidupku.

   Aku berjalan turun menuju ke meja resepsionis yang ada di lantai satu untuk mengembalikan kunci kamar. Aku mengucapkan terima kasih banyak kepada petugas yang sedang bertugas pagi ini dengan senyuman, lalu berjalan keluar ke teras hotel yang disinari sinar matahari pagi. Tidak berapa lama, Kak Faris tiba menjemputku dengan mengendarai mobil yang sama dan berhenti tepat di depan teras hotel. Aku bergegas memasukkan koper beserta tas bahu ke dalam mobil dan aku pun masuk ke kursi depan duduk di samping Kak Faris. Mobil segera melaju meninggalkan hotel dan masuk ke jalanan Kota Labuha yang terlihat mulai ramai dengan lalu-lalang kendaraan. Kurang dari sepuluh menit mobil yang aku tumpangi berhenti di depan sebuah rumah yang berada di bagian lain Kota Labuha. Aku melihat sebuah rumah bercat putih dengan pagar besi hitam yang terbuka, serta sepetak halaman rumput kecil berwarna hijau yang terpotong rapi dan terlihat sangat indah. Di beranda rumah terlihat beberapa orang sedang duduk sambil berbincang santai dengan suasana kekeluargaan yang begitu terlihat. Aku turun dari mobil lalu berjalan masuk ke halaman rumah yang disinari sinar matahari pagi. Ketika orang-orang itu melihat siapa yang sedang berjalan masuk ke halaman rumah, seketika orang-orang itu langsung berdiri dan menghampiriku dengan raut wajah bahagia. Aku segera diajak masuk ke dalam ruang tamu dan dipersilakan duduk. Tidak menunggu lama hidangan pun tersaji dihadapanku yang terdiri dari roti, kopi, beserta buah-buahan segar, dan aku dipersilakan untuk menikmatinya.

   Pagi itu suasana kebahagiaan, kekeluargaan begitu terasa di rumah yang sedang aku singgahi. Terdengar suara obrolan dari ibu-ibu yang berada di bagian belakang rumah, tidak ketinggalan anak-anak kecil yang berlari keluar masuk rumah dengan tertawa bahagia, dan pada akhirnya aku pun jadi bahan candaan karena tidak lama lagi, aku akan menjadi pengantin baru. Aku memerhatikan wajah-wajah yang terlihat begitu bahagia pagi ini, dan di dalam hati aku membayangkan bagaimana wajah calon istriku Fahna pagi ini ketika sesuatu yang besar dalam hidupnya akan terjadi. Aku sudah tidak sabar ingin segera menuju ke rumah Fahna untuk melangsungkan akad nikah dan menjadi bagian dari hidup Fahna mulai hari ini dan selamanya.

   Tepat pukul sembilan pagi, aku beserta keluarga besar pemilik rumah yang tidak lain adalah paman Fahna, akhirnya berangkat menuju ke tempat acara akad nikah dengan menaiki beberapa mobil yang telah tersedia. Di dalam mobil yang sedang melaju, jantungku kembali berdegup kencang karena ketegangan juga kecemasan karena akan melakukan sesuatu yang sakral, yaitu pernikahan. Ditambah lagi, aku seorang diri saat ini tanpa ada keluarga besarku yang ikut mendampingiku, tetapi aku yakin semua rangkaian acara pagi ini akan berjalan dengan lancar tanpa ada halangan sedikit pun.

   Mobil yang aku tumpangi akhirnya berhenti di pinggir jalan, lalu aku turun dari mobil beserta keluarga besar paman Fahna. Aku melihat di depan telah penuh dengan jajaran mobil yang terparkir, dan di sebelahnya berdiri sebuah tenda besar yang saat itu sudah dipenuhi dengan para tamu undangan. Aku berjalan dengan perlahan didampingi paman Fahna menuju ke rumah Fahna. Begitu aku tiba di depan rumah Fahna, aku langsung disambut oleh Ayah Ismed dengan senyum bahagia yang tampak di wajahnya. Aku segera bersalaman sambil mencium tangan serta berpelukan lembut dengan calon ayah mertuaku, karena tidak lama lagi aku akan menjadi bagian dari keluarga besar Fahna. Dengan lembut Ayah Ismed menggandeng tanganku dan bersama-sama mulai berjalan menuju ke tempat acara akad nikah yang berada di bagian depan. Aku melihat para tamu undangan menoleh kepadaku ketika aku berjalan di tengah lorong, dan ada beberapa orang yang mengambil foto menggunakan kamera smartphone.

   Setelah tiba di tempat akad nikah, aku dipersilakan duduk di kursi yang telah disediakan. Aku lalu duduk di kursi putih dengan didampingi paman Fahna sebagai wakil dari keluarga besarku yang tidak bisa hadir. Sedangkan Ayah Ismed duduk di kursi yang berada di depanku dan diapit oleh dua orang saksi yang duduk di sebelah kanan dan kiri antara aku dan Ayah Ismed. Kembali aku merasakan kesedihan di dalam hatiku manakala teringat ibuku yang tidak dapat hadir di hari pernikahanku ini. Seandainya ibuku bisa hadir hari ini, pasti saat ini ibuku sedang duduk bersama calon menantunya Fahna di dalam kamar pengantin. Aku berusaha menghalau perasaan sedih dari dalam diriku sebelum semuanya berjalan kacau karena aku tidak bisa fokus. Aku teringat nasehat ibuku semalam ketika aku berbicara melalui telepon 'tetap tenang dan sabar anakku karena doa beserta restu ibu akan selalui menyertaimu'.

   Kini tibalah saat yang dinanti oleh para tamu undangan yang telah hadir pagi ini, yaitu akad nikah. Setelah sebelumnya beberapa rangkaian acara telah dilalui mulai dari pembukaan, disusul pemeriksaan surat-surat kelengkapan administrasi oleh petugas KUA, kemudian pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, dan dilanjutkan dengan khutbah nikah yang disampaikan oleh tokoh agama setempat. Setelah khutbah nikah selesai, aku mendengar pembawa acara berbicara kepada para tamu undangan:

   "Para tamu undangan yang berbahagia, marilah kita ikuti acara inti pagi ini yaitu akad nikah yang akan dibawakan oleh wali dari mempelai wanita. Untuk waktu dan tempat kami persilakan," ucap pembawa acara.

   Aku segera menjabat tangan Ayah Ismed dengan sedikit ketegangan yang aku rasakan dalam diriku. Dengan penuh konsentrasi dan fokus, aku mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh Ayah Ismed selaku wali dari mempelai wanita.

   "Bismillahirrahmaanirrahiim. Ya Fahad bin Faisol, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Fahna binti Ismed dengan emas kawin berupa uang sebesar satu juta rupiah tunai," kata Ayah Ismed dengan lancar.

   Aku langsung menjawab dengan mantap dan lancar seolah semua berjalan seperti air yang mengalir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun