Dalam kehidupan sosial, tanpa bisa dipungkiri bahwa pendidikan adalah satu hal mutlak yang diberikan negara kepada rakyatnya, sekaligus sebagai penerapan Pancasila sila ke - 5. Karena itu, Dalam hal ini, negara wajib memberikan keadilan dalam hal pendidikan pada seluruh rakyatnya. Salah satu penerapan keadilan disini adalah seperti pemerataan pendidikan bagi rakyat dan mengelola sistem yang bisa menunjang kesuksesan tujuan-tujuan pendidikan itu sendiri agar dapat terwujud.Â
Dari banyak pengimplikasiannya di lapangan, salah satu hal yang masih kurang diperhatikan adalah pemerataan pendidikan bagi wilayah-wilayah pelosok yang jauh dari pusat-pusat pemerintahan. Kurangnya fasilitas, tenaga pengajar, upah pengajar, akses dan masih banyak lagi . Ditambah dengan fakta bahwa banyak aspek dalam banyak hal bagi kehidupan warga negara masih terlalu Jawa-Sentris atau terlalu berpusat di Pulau Jawa. Hal-hal demikian yang memang harus segera dibenahi untuk mencapai maksud dari keadilan itu sendiri.Â
Lalu yang kedua, ada 3 semboyan yang dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantoro dalam masalah ini.
Tiga semboyan itu berbunyi :
- Ing ngarsa sung tulodo: Di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik.
- Ing madya mangun karsa: Di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan inisiatif atau semangat.
- Tut wuri handayani: Dari belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.
Disini mungkin kita bisa menangkap satu kata kuncinya, yaitu GURU. Guru sebagai pendidik harus memahami 3 konsep yang dicetuskan oleh Ki Hadjar ini. Tiga konsep ini menerangkan tiga posisi guru dalam berinteraksi dengan para murid sekaligus dapat menentukan dan menjalankan tugas dirinya sebagai pendidik sesuai 'posisinya' dalam mengajar.
Di depan para murid, guru harus bisa menjadi teladan. Ada sebuah nasehat yang berbunyi, "Nasehat paling baik adalah dengan memberi teladan." Dalam konteks semacam ini, maka seorang guru harus mampu memahami posisinya sebagai seseorang yang akan dilihat oleh para muridnya sebagai role model bagi mereka.Â
Teladan yang baik akan membuat mereka mengikuti apa yang sudah dicontohkan oeelh gurunya, entah dalam bentuk perkataan, perbuatan ataupun pemikiran yang ditularkan oleh sang guru dengan menjadi seorang teladan di depan murid-muridnya.
Lalu, konsep yang kedua, menjelaskan bahwa guru juga harus mampu memberikan inspirasi dan semangat bagi para muridnya ketika berada di tengah-tengah mereka. Inspirasi dan semangat yang ditularkan akan mampu membawa efek yang baik bagi perkembangan pemebelajran dan proses belajar para muridnya. Dan masih ada kaitannya dengan konsep yang pertama, guru sebagai teladan yang mampu memberikan inspirasi dan semangat bagi para muridnya akan mampu untuk mengembangkan setiap potensi yang ada pada anak didiknya. Interaksi dalam pembelajaran yang dimana isnpirasi dan semangat yang ditularkan oleh gurunya akan membuat para murid tergerak untuk terus maju dalam proses pembelajaran mereka sehingga bisa mencapai target-target yang ingin dicapai.
Terakhir, guru juga perlu memberikan dorongan bagi anak didiknya. Ini bisa kita maknai sebagi metafora dari konsep bahwa generasi yang akan datang harus 'lebih baik' dari generasi sebelumnya. Dorongan ini bisa dalam berbagai bentuk dan rupa. Guru juga perlu mampu memahami bagaimana kendala-kendala mereka sekaligus memberikan aarahan.Â
Dengan memakai pengibaratan dari konsep ketiga ini, dorongan dan arahan ini ibarat langkah terakhir yang harus digenapi oleh guru setelah mampu memberika teladan dan menularkan inspirasi dan semangat bagi para muridnya. Maka konsep ketiga ini, berfungsi untuk 'daya tambahan' dan penunjuk arah bagi perjalan belajar para peserta didik untuk ke depannya.
KESIMPULAN