Bandung ini. Suaranya masih terngiang-ngiang. Tidak ada suara lain yang ingin aku dengar hari ini termasuk omelan Pak Erwin..
Gawat! Kayanya Pak Erwin bakal ngomel deh di kantor. Tapi itu tidak terlalu penting karna aku falling in love dengan wanitaSelamat pagi kota Jakarta..!!
Aku memandang setiap gedung pencakar langit itu sambil tersenyum. Senyum-senyum sendiri di dalam mobil. Di sepanjang jalan aku bersiul sambil menikmati alunan musik Yura Yunita yang berjudul Bandung.
Aku belum pernah menyetir mobil sebahagia ini. Bahkan aku belum pernah merasa seberani ini setelah mengabaikan satu panggilan masuk dan dua pesan singkat dari atasanku, orang yang paling ditakuti semua karyawan di kantor. Yup, Pak Erwin memang terkenal galak di kantor. Namanya juga orang lagi jatuh cinta, efek lain hormon adrenalin adalah menghilangkan rasa takut.
Kalau dirumah orang kaya biasanya ada pengingatnya, kan? Gimana kalau kita buat gitu juga?
“Awas ada atasan galak!” ditulis di selembar kertas HVS yang ditempel di pintu masuk ruangannya Pak Erwin. Itu ide gila sih, tapi adakah karyawan yang berani melakukan itu?
Hahahahaha…
“Selamat pagi, Pak!” aku menyapa sekurikiti, eh maksudnya aku tuh security. Hehehe…
“Selamat pagiii…” aku juga menyapa karyawan lain yang bertemu denganku di lantai satu.
Saat pintu lift terbuka pun aku menyapa lift tersebut.
“Ayoo… bawa aku ke Bandung, bisa?” tanyaku pada lift itu. Aku tertawa sendirian di dalam lift itu. Untung nggak ada orang yang melihat, tapi CCTV nggak pernah bohong.
Pintu lift terbuka…
Aku mencoba memperhatikan dengan sangat jeli, melirik sisi kiri dan kananku. Apakah keberadaan Pak Erwin terdeteksi? Semalam aku mengabaikan panggilan masuknya bahkan belum membaca dua pesan singkat darinya.
Dengan santai aku duduk di kursi yang menjadi saksi bisuku mengerjakan naskah-naskah di kantor. Tiba-tiba salah seorang rekan kerjaku mengejutkanku dari belakang.
“Lo udah kirim naskahnya ke Pak Erwin?” tanyanya dengan rasa kepo.
“Ini orang ganggu gue mulu dah.. Emang saldo rekening lo bisa nambah setelah ngusik gue?” aku ngedumel di dalam hati. Aku hanya melempar senyum manisku padanya.
“Yaelahh.. Kok lo senyum aja? Iya, gua tau senyum lo manis mampu memikat janda-janda..” candanya.
“Udah gue kirim. Jangan goyang kali stang becak-mu itu..” ucapku dengan logat khas orang Medan di akhir kalimatku. Satu-satunya orang Medan dan paling cakep di kantor, tentu saja cuma diriku. Eak!
Hahahaha…
Tiba-tiba Pak Erwin muncul dan ikutan nimbrung dengan kami berdua. Aduh, mampus kayanya bakal diomelin nih!
“Semalem kamu udah tidur ya? Saya ada nelfon..”
Aduh.. aduhhh! Pliss.. Jangan gugup dong!
Siapa nih yang nggak pernah pinter merangkai kata-kata buat bohong?
“Iya maaf, Pak Erwin. Saya mah udah tidur kalau jam segitu..” ucapku sambil mengusap perlahan bulir-bulir keringat dinginku yang mulai keluar.
“Loh? Bukannya…..” celetuk rekan kerjaku.
Dih! Bising banget deh nih orang. Aku sengaja menginjak kaki kanannya agar membuatnya berhenti berbicara. Cepu banget, kan? Gimana kalau Pak Erwin mengetahui kalau ternyata semalaman aku telponan sama Manda?
“Nanti siang kalian berdua datang ke ruangan saya ya..” perintah Pak Erwin.
“Baik, Pak Erwin.” Sahutku.
“Yauda saya tinggal dulu, kalian balik kerja lagi sana..”
“Mau ngapain siang ntar?” tanya rekan kerjaku si tukang cepu itu.
“Yaelahh… Apalagi kalau bukan diajak makan siang tahu gejrot sekalian bahas naskah yang kemarin kita meeting,” tegasku.
“Yauda deh..” dia mulai perlahan pergi meninggalkanku.
Saat aku menyalakan laptop kesayanganku untuk membaca ulang file naskahku, dia membalikkan badannya.
“Woy!!” teriak rekan kerjaku kira-kira dari kejauhan 8 meter.
Apalagi sih ketombe kuyang? Ini orang dari kemarin ganggu mulu deh. Waktu meeting dia yang melihat aku sibuk mengotak-atik ponselku saat aku overthinking setelah mengabaikan panggilan masuk dari Manda.
Aku menghela napasku. Sabaarrr…! Orang sabar disayang Tuhan. Eak!
“Apa?” sahutku.
“Lo tadi nginjek sepatu gua, ini baru dicuci!”
“Ya maap.. Nanti gue cuci ulang pakai rhinso. Mau sekalian gue pakein pelembut pakaian gak!?” teriakku seolah kami saling menyahut antar satu RT.
Hushh.. Hushhh! Akhirnya dia pergi juga.
Hmmm…
Kira-kira Manda lagi apa ya sekarang? Pengen nge-chat tapi gengsi. Kebalik ya, harusnya cewe dong yang gengsi chating duluan. Ini malah aku?
Hahahaha…
Udah ah, aku mau fokus kerja dulu! Emang gini ya kalau jatuh cinta tuh berjuta rasanya. Sampai bikin susah fokus kerja hari ini. Kadang terasa halu, terdengar suara wanita di telinga ini saat lagi menulis.
Tik..tik…tikk…
Jari jemariku yang imut ini menari di atas keyboard laptop.
Aku mengkretek leher dan pinggangku yang mulai kaku karna duduk selama berjam-jam. Lalu aku menguap sambil melihat waktu di jam tanganku.
Udah siang nih, Pak Erwin tadi udah berpesan katanya datang ke ruangannya.
Tok..tok..tokk!
Aku mengetuk pintu ruangan Pak Erwin.
Yaelahhh.. Aku pikir si ketombe kuyang udah di dalam nungguin bareng Pak Erwin. Tapi tidak lama kemudian dia muncul dan menyapa kami dengan senyuman manisnya, semanis markisa itu.
“Kamu bawa laptop ya..” perintah Pak Erwin.
“Baik, Pak Erwin.” Sahutku.
“Sekalian file naskahnya udah ready, kan? Semalam saya telfon kamu karna emang pas saya check gak bisa dibuka.”
Oh, jadi semalam telpon mau nanya naskah toh..
“Mungkin file-nya corrupt, Pak.” Ujarku berusaha menebak kenapa file naskah yang udah aku kerjakan tidak terbaca pada device milik Pak Erwin.
“Mungkin, bisa jadi. Kita makan siang tahu gejrot ya pada suka, kan?” tanya Pak Erwin sambil melempar senyumannya pada kami berdua.
Syudah kudugaa..!
I love Tahu Gejrot, cause I love Pak Erwin. Yeaahhh!
Hahahahaha…
Rekan kerjaku itu hanya tersenyum pasrah aja. Aku mengetahui isi hatinya, pasti dia bertanya kapan sih diajakkin makan ramen?
On the way, bosquee!
The power of emak-emak, kami melihat ada seorang ibu mengendarai sepeda motornya. Dia menyalakan lampu sein ke kiri namun ternyata dia berbelok ke kanan.
“Ya ampunn.. Bener-bener dah Ibu yang satu ini!” Pak Erwin menginjak rem mobil tiba-tiba sambil mengomel. Kami seisi mobil tertawa memperhatikan tingkah si Ibu tersebut.
Selama di perjalanan menuju tempat tahu gejrot langganan Pak Erwin, aku melihat kantor pos terdekat yang ada di Jakarta Selatan. Saat kami sudah melewatinya, aku masih mengintip dari kaca spion mobil. Tiba-tiba aku kepikiran Manda.
Gimana kalau aku kirim surat ke Bandung untuk Manda?
Memang sih zaman udah canggih bisa dari ponsel, kan? Tapi yang ini beda. Ini akan jadi pengalaman pertama dan termanis sepanjang hidupku mengirim surat untuk seorang wanita.
Good idea?
Aku menyalakan ponselku dan mulai menuliskan sesuatu di note. Membayangkan dan menebak seperti apa nanti ekspresi Manda saat membaca surat cinta pertamaku ini.
Here we go !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H