Pintu lift terbuka…
Aku mencoba memperhatikan dengan sangat jeli, melirik sisi kiri dan kananku. Apakah keberadaan Pak Erwin terdeteksi? Semalam aku mengabaikan panggilan masuknya bahkan belum membaca dua pesan singkat darinya.
Dengan santai aku duduk di kursi yang menjadi saksi bisuku mengerjakan naskah-naskah di kantor. Tiba-tiba salah seorang rekan kerjaku mengejutkanku dari belakang.
“Lo udah kirim naskahnya ke Pak Erwin?” tanyanya dengan rasa kepo.
“Ini orang ganggu gue mulu dah.. Emang saldo rekening lo bisa nambah setelah ngusik gue?” aku ngedumel di dalam hati. Aku hanya melempar senyum manisku padanya.
“Yaelahh.. Kok lo senyum aja? Iya, gua tau senyum lo manis mampu memikat janda-janda..” candanya.
“Udah gue kirim. Jangan goyang kali stang becak-mu itu..” ucapku dengan logat khas orang Medan di akhir kalimatku. Satu-satunya orang Medan dan paling cakep di kantor, tentu saja cuma diriku. Eak!
Hahahaha…
Tiba-tiba Pak Erwin muncul dan ikutan nimbrung dengan kami berdua. Aduh, mampus kayanya bakal diomelin nih!
“Semalem kamu udah tidur ya? Saya ada nelfon..”
Aduh.. aduhhh! Pliss.. Jangan gugup dong!