Jakarta, ponselku berdering tepatnya jam 2 siang. Tampaknya awan mendung di Bandung pergi dengan sopan berpamitan setelah mengetahui wanita berzodiak Taurus ini berada dalam panggilan suara.
Ponselku berdering...
Aku melihat dengan sangat jelas nama bidadari ini.
Incoming call, Manda.
Maaf, aku tidak mengangkatnya. Aku malah sengaja mengaktifkan mode senyap.
"Nanti malam kamu bisa kirim nggak file-nya ke saya?" tanya Pak Erwin, atasanku.
Manda menelpon disaat yang tidak tepat. Saat itu aku lagi meeting. Hari-hariku memang selalu berkutat pada naskah. Walau menjengkelkan tapi aku sangat mencintai profesiku sebagai scriptwriter. Rasanya kurang afdol kalau belum direcokin sama Pak Erwin.
"Bisa kok, Pak Erwin.." sahutku sambil tersenyum pada Pak Erwin.
Namun hati tetap tak merasa baik-baik saja setelah membiarkan panggilan tidak terjawab dari Manda. Aku terlihat sibuk mengotak-atik ponselku. Dan salah seorang rekanku memperhatikan gerak-gerikku.
"Lo denger kan apa yang disampaikan Pak Erwin?" tanya rekanku itu.
"Iyee.. Sans! Denger gue.." ucapku sambil menyengir.
Bawaannya pengen keluar deh dari ruang meeting. Segera! Pernah nggak sih kalian ngerasain dapat panggilan masuk dari seseorang yang kalian suka banget nih tapi malah sengaja missed calls bukan karna kita nggak mau angkat, tapi emang kondisi yang tidak mendukung.
Universe do your magic, please.
Apakah Manda bakal nelpon lagi? God, I want a second chance. Please...
Aku kaget banget, kok bisa ya Manda nelpon di jam segitu? Aku terus berpikir sambil membagi konsentrasiku pada meeting siang itu.
"Ide dari kamu gimana? Saya pengen tau nih insight dari kamu.." tanya Pak Erwin.
Enak gak rasanya kalau atasan selalu mempercayakan diri kita? Pak Erwin memang dekat denganku, dan terlihat dia nyaman sekali berbagi ilmu. Bahkan sering menanyakan pendapatku perihal naskah. Katanya, ide-ide brilian belum pernah dia temukan dari penulis lain selain aku. Terimakasih pujiannya, aku memuji diriku sendiri. Hehehe...
"Hmmmm...." Aku terlihat sedang berpikir.
Aku sempat diam karna aku terkaget saat Pak Erwin menanyakan bagaimana pendapatku tentang naskah yang sedang kami bahas saat meeting siang itu. Aku berusaha mengembalikan fokusku tapi selalu gagal karna aku masih saja terus memikirkan panggilan tidak terjawab dari Manda.
Ayolah, aku harus fokus meeting kali ini. Nanti aku akan menjelaskan pada Manda kenapa tadi aku tidak mengangkat panggilan masuk darinya.
Aku kembali fokus pada meeting siang itu. Seisi ruangan fokus dan cukup takjub dengan ide brilianku.
"Kira-kira begitu ide dari saya, Pak."
Aku tersenyum manis setelah menjabarkan satu per satu ideku tentang alur cerita script yang sedang kami bahas. Ini termasuk salah satu project terbesar. Jadi aku tidak ingin mengecewakan Pak Erwin yang udah mempercayakan aku mengerjakan script ini, begitu pikirku.
"Baiklah kalau begitu ya, meeting kita sampai disini saja dulu.." ucap Pak Erwin segera mengakhiri meeting saat itu. Aku udah tidak sabar untuk buru-buru mengecek ponselku dan mengirim pesan ke Manda.
"Kamu jangan lupa ya kirim file-nya malam ini ke saya.." tegas Pak Erwin yang sering mengulang perintahnya. Itulah kenapa aku bilang Pak Erwin sering ngerecokin hidupku. But, it's okay. Pak Erwin memang selalu mengingatkanku biar nggak kelupaan.
Ternyata belum berakhir sampai disitu. Pak Erwin bertanya lagi padaku setelah melihatku sepertinya sibuk sekali dengan ponselku.
"Kamu dapat panggilan penting ya dari seseorang?" tanya Pak Erwin berlagak seperti cenayang. Namun itu benar, aku tidak menyangkalnya. Tapi aku tidak mengatakan bahwa barusan aku mengabaikan panggilan masuk dari wanita Bandung yang aku kenal dari dating apps.
"Iya nih, Pak. Kok Pak Erwin bisa tau ya? Pak Erwin dulunya mantan cenayang ya sebelum kerja di perusahaan ini?" candaku yang berhasil membuat dirinya tertawa lepas.
Pak Erwin ini jarang sekali bisa tertawa. Dia tipe atasan yang galak dan ditakuti karyawan lainnya. Karna memang kata-katanya pedes, sambalado aja mah kalah. Sambalado-nya auto insecure disandingkan dengan Pak Erwin. Hahahaha...
Pak Erwin bisa mencium bau-bau wewangian cinta. Karyawan mana yang bisa menyembunyikan bangkai apalagi wewangian yang tercium harum seperti ini?
"Saya tau, kamu pasti lagi naksir cewe ya?" tuduhan Pak Erwin yang ternyata memang sebuah realita saat ini.
What the hell?! Kok bisa tau sih?
Aku sedikit gelagapan di hadapan Pak Erwin. Namun dia hanya tersenyum saja. Pak Erwin tau kalau selama ini aku terlalu keras pada diriku. Terlalu sibuk kerja, kerja, dan kerja. Sampai akhirnya tipes..
Hahahaha...
Tapi kelihatannya dia seperti senang melihat aku falling in love. Ciyeelaahhhhhh...
Aku hanya membalas senyuman Pak Erwin dengan tangisan (?) Yah, nggak lah! Aku balas dengan senyuman juga dengan sedikit keringat dingin. Takut diceramahin, nggak boleh perihal asmara merusak kinerja saat kerja di kantor. Hehehe...
Hush.. hushh.. Aku nggak mengusir lho, ya! Hahaha...
Setelah Pak Erwin meninggalkanku sendirian, sekarang aku buru-buru mengecek ponselku.
Ini Manda nggak nelfon lagi nih? Huaaa.... Pengen ditelfon lagi. Apa aku aja kali ya yang nelfon dia duluan?
Eh, tunggu...
Sebuah notifikasi muncul di layar ponselku. Pesan baru di L-i-n-e dari Manda! Senangnya bukan main. Buru-buru langsung aku buka sambil aku berdoa dalam hati semoga dia nggak ngambek kaya cewe-cewe lain.
"Nanti kalau kamu udah gak sibuk, kita cari waktu buat ngobrol ya.." isi chat itu.
Singkat, padat dan tepat sasaran. Hahahaha..
Kelihatannya Manda ini tipe cewe yang tidak terlalu suka basa-basi ya. Selama chatingan dengan dirinya aku perhatikan memang begitu. Dan aku suka! Tapi dia bukan tipe cewe yang kaku kok. Dia ekspresif. Terlihat dari stiker-stiker lucu yang biasa dia kirim untukku.
"Maaf ya, aku tadi lagi meeting." Aku mengirim stiker Brown berekspresi sedih.
Aku coba keluar dari gedung kantor. Setelah meeting enaknya ngapain, ya? Ngopi dulu sabi kali ya. Enaknya sebat nih, kali aja ide itu tiba-tiba muncul. Karna malam ini aku harus kirim file script itu ke Pak Erwin.
Satu pesan baru masuk, dan itu dari Manda!
"Iya, aku ngerti kok. Nanti malam aku telfon, boleh?"
Ya Tuhan, cobaan apalagi ini?!
Malam ini aku harus mengirimkan file script itu ke Pak Erwin, dan aku harus fokus. Tapi Manda malah mengajakku telfonan? Jujur, aku nggak pengen menolak tawaran Manda kali ini. Aku senang! Sumpah, beneran senang banget diajakkin telponan. Tapi aku harus memilih.
Udah deh, nyebat dulu biar otak bisa mikir.
Asap rokokku mengepul, dan rencanaku pengen buat love love gitu biar kaya orang-orang. Hahahaha....
Aku menyeruput hot americano tanpa gula itu. Sengaja nggak pakai gula, karna manisnya udah pindah ke aku. Ciyeelaaahhhh.. No debat, itu fakta sih. Syirik tanda tak mampu, lho!
Hahahahaha...
Aku ngebut banget bermodalkan laptop, sebungkus rokok dan duit gocap buat pesan secangkir hot americano no sugar. Aku mengerjakan naskahku di coffee shop sampai petang matahari terbenam. Sesekali aku mengkretek leher dan pinggangku yang udah berjam-jam duduk memandang layar laptop.
Mataku melirik ke arah layar ponselku yang tiba-tiba menyala. Dan disertai bunyi khas aplikasi hijau ini. Kita semua mah pasti hapal betul nada itu.
L I N E .... ~
Aku melihat jelas nama dambaan hatiku itu, Manda.
"Nanti malam jam 9 aku telfon ya.." isi pesan itu. Debar gak jantung nih?
Aku tunggu.
Bandung jam 9 malam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H