"Kira-kira begitu ide dari saya, Pak."
Aku tersenyum manis setelah menjabarkan satu per satu ideku tentang alur cerita script yang sedang kami bahas. Ini termasuk salah satu project terbesar. Jadi aku tidak ingin mengecewakan Pak Erwin yang udah mempercayakan aku mengerjakan script ini, begitu pikirku.
"Baiklah kalau begitu ya, meeting kita sampai disini saja dulu.." ucap Pak Erwin segera mengakhiri meeting saat itu. Aku udah tidak sabar untuk buru-buru mengecek ponselku dan mengirim pesan ke Manda.
"Kamu jangan lupa ya kirim file-nya malam ini ke saya.." tegas Pak Erwin yang sering mengulang perintahnya. Itulah kenapa aku bilang Pak Erwin sering ngerecokin hidupku. But, it's okay. Pak Erwin memang selalu mengingatkanku biar nggak kelupaan.
Ternyata belum berakhir sampai disitu. Pak Erwin bertanya lagi padaku setelah melihatku sepertinya sibuk sekali dengan ponselku.
"Kamu dapat panggilan penting ya dari seseorang?" tanya Pak Erwin berlagak seperti cenayang. Namun itu benar, aku tidak menyangkalnya. Tapi aku tidak mengatakan bahwa barusan aku mengabaikan panggilan masuk dari wanita Bandung yang aku kenal dari dating apps.
"Iya nih, Pak. Kok Pak Erwin bisa tau ya? Pak Erwin dulunya mantan cenayang ya sebelum kerja di perusahaan ini?" candaku yang berhasil membuat dirinya tertawa lepas.
Pak Erwin ini jarang sekali bisa tertawa. Dia tipe atasan yang galak dan ditakuti karyawan lainnya. Karna memang kata-katanya pedes, sambalado aja mah kalah. Sambalado-nya auto insecure disandingkan dengan Pak Erwin. Hahahaha...
Pak Erwin bisa mencium bau-bau wewangian cinta. Karyawan mana yang bisa menyembunyikan bangkai apalagi wewangian yang tercium harum seperti ini?
"Saya tau, kamu pasti lagi naksir cewe ya?" tuduhan Pak Erwin yang ternyata memang sebuah realita saat ini.
What the hell?! Kok bisa tau sih?