Mohon tunggu...
Acet Asrival
Acet Asrival Mohon Tunggu... Guru - Guru

www.berandaedukasi.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Setan dalam Dada Manusia

31 Agustus 2018   14:05 Diperbarui: 31 Agustus 2018   14:10 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau betul Nak. Semua adalah karena kehedak Allah. Kita hanya menerima takdir itu dan berusaha mengatasinya." balas Bapak.

"Maksud Bapak gimana? Apakah Bapak sudah tahu jawabannya sebelum kuberitahu?" tanyaku heran.

"Bapak hanya mencoba menyimpulkan kejadian demi kejadian Nak, maka itulah yang bisa Bapak simpulkan dari pertanyaan itu."

"Memangnya kenapa Bapak bertanya itu?"

Bapak diam sembari menatap langit kamar. Dua ekor cicak berrkeliaran di langit-langit kamar. Seeokar yang gemuk baru saja melahap nyamuk yang menepel di sudut loteng. Tatapan Bapak kosong. Raut mukanya kian menua dari biasanya. Bapak melamunkan sesuatu yang barangkali ada kaitannya dengan pertanyaanku tadi.

"Bapak ingin menceritakan suatu hal padammu, Wal. Sudah waktunya Bapak ceritakan ini semua. Sekarang kau sudah dewasa dan bisa berpikir dan memahami keadaan."

Aku mengangguk dan meminta Bapak cerita.

***

Waktu ibumu pergi, kau masih kecil sekali, belum tahu apa-apa. Kau belum paham keadaan dan belum mengenal masalah. Karena itulah Bapak tidak ingin kau tahu kenapa Ibu pergi dan kenapa Bapak tak melarang Ibumu pergi.

Ibu orang baik, Nak, hanya saja setan dalam dada Ibumu lebih hebat dari keyakinan dalam diri Ibumu. Setan menjadikan Ibumu mengkhianati Bapak. Begitu juga setan yang ada dalam dada lelaki yang membawa Ibumu.

Sewaktu Ibumu pergi, Bapak sempat tak terima. Setan dalam dada Bapak juga bergejolak. Berulangkali setan itu berusaha melemahkan Bapak. Hingga pernah terpikir untuk bunuh diri. Tapi Bapak dapat mengatasi hasutan setan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun