"Untuk apa Bapak dirawat, kalau di ranjang ini ada Ibumu yang merawat Bapak."
"Ibu sudah pergi Pak, ntah kapan Ibu pulang."
"Ibumu akan segera pulang. Bapak merawat kenangan dengan Ibumu di ranjang ini."
Aku gagal paham mendengar ocehan Bapak. Dan aku juga gagal untuk mengajak Bapak ke rumah sakit. Meskipun aku sudah berupaya membelikan Bapak obat ke apotek setelah diperiksa dokter.
"Nak, apakah kau sudah tahu jawaban pertanyaan Bapak waktu itu?"
Aku pura-pura tak mendengar sembari merapikan ujung seprei. Yang aku pikirkan adalah bagaimana Bapak cepat sembuh.
"Apa kau sudah menemukan jawabannya? tanya Bapak kembali.
"Sudah Pak!" jawabku datar.
"Kenapa setan dalam dada manusia?"
"Karena begitulah sunnatullah-nya Pak. Semua atas kehendak Dia. Maka terjadilah apa yang harus terjadi."
Bapak tersenyum mendengar jawabanku. Tak kusangka aku bisa mengeluarkan jawaban itu. Dulu sulit sekali aku menyimpulkan pertanyaan Bapak, tapi tiba-tiba seakan ringan saja atau karena kesal kenapa itu yang masih terpikirkan olehnya.