Siswa cenderung terlanjur berpikir matematika sulit sebelum mereka benar-benar mencoba Matematika.Dan sugesti ini berhasil pada saya waktu sekolah dulu. Ketika di masa perkuliahan, saya menertawakan sendiri sugesti tersebut karena sugesti dengan kenyataan berbanding terbalik.
Yang kedua adalah motivasi. Sepertinya motivasi siswa untuk menaklukkan Matematika masih rendah, siswa baru susah payah belajar Matematika setelah pemerintah menetapkan standar minimal kelulusan. Salah satu motivasi yang besar adalah dari keluarga atau Orang tua.Â
Orang tua bisa menasihati si anak dan memberikan pondasi utama si anak pada masa kecil atau menginjak usia PAUD. Dengan bimbingan orang tua motivasi tersebut akan timbul dengan sendirinya.
Solusinya
Menurut saya banyak lembaga bimbingan belajar yang melakukan pembodohan massal secara terselubung melalui metode praktis dan trik-trik yang lain. Metode praktis dan trik memang bagus tetapi semua itu membuat siswa kehilangan "rasa" akan Matematika yang sedang dia pelajari. Â
Lembaga bimbingan tersebut memang bagus, mengajarkan cara cepat namun salahnya adalah dimana menyelesaikan matematika membutuhkan proses dan jalan pencariannya sebagai bentuk dasar pengokohan konsep pada anak. Ketika konsep sudah melekat di otak si anak maka cara cepat atau lambat sekalipun dia sudah memahaminya.
Pengembangan di tingkat pendidikan dasar (yaitu SD), bahwa pendidikan dasar merupakan pondasi utama yang sangat menentukan kekuatan bangunan pendidikan secara keseluruhan.Â
Bukan hanya tingkat dasar namun tingkat PAUD atau Usia Dini sudahlah sangat penting dalam mengembangkan kemampuan matematikanya. Selain mengembangkan karakternya pada usia dini, matematika sudah sepatutnya dikembangkan bukan untuk memaksa otak si anak untuk memahami matematika yang jauh namun memahami matematika secara dasarnya.Â
Pengalaman saya ketika mengajar
Dari penjelasan beliau tersebut, membuat saya memutar otak ketika saya masuk kelas dan memilih model yang tepat ketika masuk kelas. Pemilihan model haruslah tepat ketika masuk kelas karena setiap kelas berbeda pula dengan anak-anaknya. Karakter anak tidaklah sama semua dengan pendekatan yang baik guru akan tahu bagaimana karakter si anak.Â