Mohon tunggu...
Abu Tajir
Abu Tajir Mohon Tunggu... Freelancer - Bakul buku

Bakul buku yang hobi duit, nulis dan mengolah manusia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Terjemah A Spy's Guide to Thinking Bagian 2

30 Maret 2021   20:49 Diperbarui: 30 Maret 2021   21:27 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berpikir ala intel itu gampangnya gini:

data analisis buat keputusan aksi

(data analysis decision action)

Perhatikan ujungnya: aksi!

Kalo mikir gak ada aksinya, itu gak guna. Karena mau beraksi itulah lu mikir. Kalo mikir demi kepuasan intelektual aja, itu gak guna juga.

Perhatikan tahap "buat keputusan". Di tahap ini, lu harus menyaring banyak pilihan/kemungkinan yang ada. Simpel.

Perhatikan tahap "analisis". Lu harus pilah-pilih data untuk buat keputusan. Lu harus cek kredibilitas data itu, cek kegunaannya, cek apa dia pantes buat jadi bahan pembuatan kebijakan... Juga lu harus bisa ngolah data lama yang udah diketahui dengan data yang baru masuk.

Perhatikan tahap "data". Lu selama hidup ya ngumpulin data di dunia ini. Jadi harus tau metodenya dan jelas tujuannya supaya gak buang-buang waktu. Supaya bisa gerak benar dan cepat. Velox et exactus.

Itu dia daur berpikir ala intel: D-A-D-A. Ngumpulin data buat analisis; analisis buat bikin keputusan; keputusan dibuat untuk aksi. Simpel aja.

Sebenernya bukan cuma pribadi intel yang lakuin proses D-A-D-A itu. Banyak organisasi juga ngelakuin. Bedanya, di suatu organisasi, banyak kepala yang memprosesnya. Ada yang kerjanya ngumpulin data aja, ada yang kerjanya analisis aja, ada yang kerjanya buat keputusan aja dan ada juga yang aksi aja. Ada organisasi yang bagus jalaninnya, juga ada yang jelek.

Gua (penulis asli, John Braddock) pernah kerja di bidang yang tadi dibahas. Gua kerja untuk pemerintah Amerika Serikat, tepatnya di CIA. Gua kerja sebagai pengumpul data, khususnya data yang vital. Data yang orang bisa mati karenanya. Ya contohnya gua. Karena data vital yang biasanya berstatus rahasia itu bakal dipake buat bikin kebijakan strategis. Bahkan bisa memulai perang.

Misalnya, negara A ngintelin kelemahan negara B. Negara C yang udah tau mencoba untuk cegah perang dengan memulai negosiasi. Negara D memanfaatkan kekacauan yang ada buat memulai perang.

Gua ngumpulin data vital yang biasanya rahasia supaya pemerintah AS bisa buat kebijakan yang strategis, supaya aksinya bisa berfaedah. Dengan harapan, masalah yang ada gak lepas kendali. Aksi duluan sebelum masalah meledak dan jadi berita dimana-mana.

Untuk jalanin kerjaan gua di CIA, ya gua juga ngelakuin siklus D-A-D-A itu. Ngumpulin data target misi, menganalisanya, milih metode apa yang paling tepat buat dipake lalu yang jelas beraksi buat dapetin data vitalnya.

Mikir ngasal itu bahaya banget. Karena dunia intelijen itu dunia yang penuh bahaya dan cepat berubah. Karena gini: jika ada data baru yang harus dikumpulkan, harus analisis lagi, muncul pilihan-pilihan baru, aksi yang harus dilakuin ya baru lagi... Bahkan ketika lu  ngira itu mustahil terjadi...

Harus maju terus... Maksimalkan kecerdasan dan jangan kagetan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun