Mohon tunggu...
Munif Mutawalli
Munif Mutawalli Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sastra Asia Barat

Kebenaran akan terdengar di telinga - telinga yang mencarinya (thalabul haqq), kecuali orang - orang yang mencari pembenaran (jahil) dan enggan untuk mencari kebenaran (jahil murakkab). Tugas kolektif (bersama) adalah menjaga kebenaran (dimanapun, bagaimanapun dan dari siapapun kebenaran tersebut), sebelum 'hoax' luas membumi dan 'kesesatan berpikir' nikmat menindas serta menghegemoni.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Harmonisasi Wahyu dan Rasio (Akal)

4 November 2024   21:59 Diperbarui: 4 November 2024   22:01 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

---

Dalam Islam, terdapat banyak bentuk pertentangan yang masih hangat diperbincangkan hingga kini, salah satunya adalah posisi rasio dan wahyu. Berbagai golongan maupun individu berusaha mempertahankan kebenarannya masing-masing.

Rasio dan wahyu telah menjadi pusat perhatian selama berabad-abad karena keduanya menopang berbagai disiplin ilmu. Perbedaan keyakinan terhadap keduanya berdampak pada kesimpulan akhir dalam berbagai disiplin ilmu.

Di tengah kondisi ini, umat Islam dihadapkan pada tantangan untuk menemukan keseimbangan antara keyakinan terhadap wahyu dan kemampuan rasional. Banyak individu merasa bingung dalam menghadapi situasi yang memerlukan keputusan cepat dan tepat, sementara keyakinan religius mereka mengharuskan mereka mempertimbangkan ajaran agama.

Persoalan ini semakin rumit dengan berbagai pandangan yang bertentangan di antara ulama dan cendekiawan. Perdebatan ini tidak hanya mempengaruhi pengambilan keputusan pribadi, tetapi juga menimbulkan dampak besar terhadap masyarakat secara keseluruhan, termasuk dalam bidang politik, sosial, dan pendidikan.

Tanpa harus menyalahkan masing-masing pihak, pertentangan tersebut bisa kita tangani secara harmonis. Bukan hanya mendamaikan beberapa individu atau kelompok, tetapi juga meminimalisir konflik internal Islam.

Ada yang mesti kita pahami bersama yaitu, posisi sakral dan profan. Bahwa yang mempunyai posisi sakral adalah Tuhan, dan manusia berada dalam posisi profan. Jadi, yang mempunyai kemungkinan salah adalah manusia.

Sakralitas Tuhan dalam melihat posisi wahyu dan rasio adalah keduanya sama-sama berasal dari Tuhan dan diberikan untuk umat manusia. Keduanya merupakan jalan untuk mengenal Tuhan.

Adapun dari sisi manusia, wahyu dan rasio saling melengkapi. Manusia bisa saja menyalahi penggunaan wahyu dan rasio, karena posisi manusia yang profan, tetapi juga berpotensi memaksimalkan kinerja wahyu dan rasio.

Wahyu berisi postulat-postulat teologis, historis, dan saintifik. Dan akal mempunyai peran untuk menjabarkan wahyu, menghubungkan antara teks satu dengan teks lainnya, dan mengonfirmasi kebenaran wahyu serta apa yang termuat di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun