Pilkada DKI telah berakhir dan Jokowi menjadi Gubernur.
Mestinya ini sudah selesai.
Â
Tapi drama tidak berakhir untuk Adi S. Saya tidak perlu sebut kepanjangan S, karena orang ini masuk kategori "You Know Who".
Â
Kampanyenya memenangkan Foke gagal total. Ayat-ayat suci yang disampaikannya ternyata tidak mempan mengelabui orang. Doanya yang bertubi-tubi kepada Tuhan, juga tidak dikabulkan. Apalagi caci makinya kepada Yahudi, Nasrani, Cina, Illuminati, Freemasonry, malah jadi bahan tertawaan orang.
Jokowi ternyata tetap jadi Gubernur !
Â
Adi S akhirnya memutuskan untuk menjadi Atheist.
Ini karena Tuhan ternyata tidak membelanya. Semua perjuangannya yang heroik dan jihadis tidak ditanggapi Tuhan. Padahal dia sudah berusaha keras memelintir tulisan dan kata-kata orang agar Tuhan menang, dan pendapat orang yang tidak disetujuinya jadi salah. Dia putar-putar logika orang dengan analisis yang semrawut, semata-mata agar Tuhan menang. Tidak sedikit dia sengaja salah menerjemahkan artikel berbahasa Inggris, bukan karena ia tidak bisa bahasa Inggris tapi karena ia lebih suka yang mengandung Arab dan bahasa Inggris dianggapnya sebagai bahasa kafir dan setan, supaya sesuai dengan misi dan visi Tuhan dan mendukung gagasannya yang kacau balau secara logika.
Â
Tapi tetap Tuhan bergeming, dan Jokowi tetap jadi Gubernur.
Adi S mulai berpikir, mungkin Tuhan memang tidak ada, dan ia selama ini berilusi tentangnya. Ia mulai merasa menjadi korban Tuhan, dengan sibuk membunuh orang melalui berbagai prasangka dan kecurigaan.
Â
Sejak itu Adi S menjadi Atheist.
Tapi anehnya, sejak jadi atheist, hidup Adi S lebih damai dan tenang.
Tidak ada lagi Tuhan yang ditakuti, mengancam dan mengajak orang untuk berperang dan berbunuh-bunuhan. Tidak ada lagi Tuhan yang meminta darah orang kafir namun tidak dikerjakannya sendiri.
Â
Tidak ada kafir, Yahudi dan Nasrani yang perlu diwaspadai dan diperangi. Semua orang tiba-tiba dengan mudah menjadi temannya. Adi S bisa tertawa bersama dan bersahabat dengan orang-orang yang dulu dicurigai, diejek dan diancamnya. "Wahai jiwa-jiwa yang tenang ……" kata ayat suci, kini tiba-tiba terasa maknanya bagi dirinya ketika Adi S menjadi Atheist. Kini dia merasakan pengalaman sebagai manusia seutuhnya, dengan sepenuh hatinya, tanpa campur tangan Tuhan.
Â
Adi S menjadi Atheist, dan pikirannya tiba-tiba menjadi jernih dan seluas semesta. Semua kata-kata dan tulisan Adi S mejadi logis, sistematis dan mudah dimengerti. Tidak ada terlihat ada agenda terselubung atau logika yang terpotong dalam kata-katanya, yang dulu sering terlihat dalam tulisannya gara-gara ada maksud-maksud tertentu untuk memenangkan pendapat golongannya dengan cara yang gelap mata. Semua pemikirannya bisa dituangkannya dengan lepas dan masuk akal. Tidak ada lagi hal-hal sepele, hoax atau isu tak jelas yang dijadikan dasar untuknya menyerang atau menjelekan orang lain yang tidak satu keyakinan dengannya. Semua berdasarkan riset dan analisis mendalam tanpa prasangka, tanpa beban moral kepada Tuhan.
Â
Semua kata-katanya, tulisannya menjadi mudah dimengerti orang. Kata-katanya kini mengajak orang untuk berbuat baik, menghilangkan prasangka dan curiga, mempererat tali persaudaraan dengan sesama manusia, meninggalkan perang dan bunuh-bunuhan. Tidak ada lagi ayat-ayat suci yang membebaninya untuk dikutip. Tidak ada lagi Tuhan yang perlu ditemui dan diajak bercakap-cakap setiap kali ia membuat tulisan.
Â
Adi S kini betul-betul mengacu pada hati nurani dan akal sehatnya dalam menjalani hidupnya. Pokoknya, sejak menjadi Atheist, kini Adi S menjadi ujung tombak perdamaian umat manusia dan hidupnya memberi manfaat bagi orang banyak tanpa melihat latar belakangnya.
Â
Sayangnya, sejak tulisan-tulisannya mulai bernas, logis dan sistematis, dia tidak lagi dipandang sebagai asset Kompasiana. Tulisan-tulisannya kini tidak dilirik bahkan banyak di delete oleh admin karena tidak bernilai jual lagi.
Â
Namun itu tidak menyurutkan niat dan langkahnya, karena Adi S yang baru, THE NEW ADI S kini menjadi asset umat manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H