Mohon tunggu...
M. Abrori Riki Wahyudi
M. Abrori Riki Wahyudi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jika menulis adalah nafas, maka membaca adalah udaranya

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tamat Kuliah Aku akan Lamar Kamu

21 Juli 2022   13:36 Diperbarui: 21 Juli 2022   13:37 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tamat Kuliah Aku Bakalan Lamar Kamu"

Insia tersenyum mendengar pernyataan itu, ia senang setidaknya laki-laki yang bersamanya saat ini ingin serius terhadap perasaannya.

Insia mengannguk tersenyum hangat maenatap pria didepannya. Namanya Riki pacar Insia selama 2 tahun ini, Riki menjabat ketua Bem dikampusnya, Insia sangat mencintai pria didepannya ini, begitupun sebaliknya.

Dring!

Dring!

Dring!

Dering ponsel Insia berbunyi, sudah ia duga siapa yang menghubunginya. Segera Insia mengangkat panggilan tersebut.

"Iya Waalaikumsalam, ada apa bund" Tanyanya dari balik telpon.

"iya bun Insia pulang"

Setelah mengahiri panggilan tersebut, Insia kembali mendekati Riki. Waktunya untuk berdua dengannya terganggu lagi. Karena bunda yang menyuruhnya untuk segera pulang, entah apa alasannya Insia pun tidak tahu.

Insia menarik nafas dalam, tak mau rasanya ia meninggalkan waktunya bersama Riki. Riki juga jarang menyempatkan waktu bersamanya, karena sibuk mengurus organisasi dikampusnya. Insia memaklumi itu.

"Bunda Suruh Pulang".

Riki tersenyum, "aku antar ya" ucapnya segera berdiri dari kursi dan menggenggam erat tangan Insia.

...

"Assalamualaikum Bunda, Insia pulang nihh!" teriak Insia, sudah menjadi kebiasaan seperti itu.

Matanya membulat, ia tidak menyadari ada tamu dirumahnya, ia merasa malu berteriak seperti itu.

"maaf om tante" ucap Insia tak enak hati.

Bunda menarik tangan Insia untuk segera duduk. "kebiasaan kamu ini" omelnya.

"salim dulu sama om Ali dan tante Leha"

Insia mengangguk, menyalami kedua orang tersebut.

Bunda memeluk bahu Insia, memperkenalkan kedua tamu didepannya.

"ini Insia anak kedua dari empat bersaudara, emang agak ceroboh, tapi jago masak".

Insia menatap aneh sikap bundanya, apakah ia akan dijual.

Tidak tahu ia memang bukan anak baik, tapi apa tega bunda menjual anak gadis semanis Insia?

Insia menatap sedih bundanya, "bunda mau jual aku?" tanyanya dengan raut wajah tertekan.

Bunda menghela nafas mendengar perkataan anaknya, sungguh anak yang membangongkan.

Kedua tamu tersebut tertawa mendengar ucapan polos dari Insia. Bunda mencubit pelan perut Insia, tidak sakit hanya merasa geli.

"lucu ya Le" ujar om Ali melihat diiringi tawa ringan.

Insia merasa aneh dengan situasi seperti ini, jangan-jangan......

Setelah merasa cukup lama berbincang, tak terasa maentari sudah hampir menenggelamkan dirinya, waktu maghrib akan tiba tak lama lagi, percakapan hangat hari ini sudah cukup.

"Kita pulang dulu ya Hoyy, nanti lain kali kita kesini lagi, minta persetujuan sama anak gadismu itu". Tante Leha tersenyum kearah bunda, lebih tepatnya senyum menggoda.

Lalu setelah itu, tante Leha tersenyum melihat Insia. Mengelus lembut kepala Insia.

"tante pulang ya "ucapnya tersenyum hangat.

Insia membalas senyum itu, ia menyalami kedua tamunya, "hati-hati om, tante" ujarnya ramah, semabari melambaikan tangan.

...

"iya sayang" ucap Insia dari balik layar handphonenya.

Tawanya tak lepas dari tadi, akibat lelucon yang dilontarkan Riki dari balik layar handphonenya. Setiap malam sudah menjadi rutinitas dirinya untuk video call dengan pacarnya itu.

Tok.....

Tok.....

Tok.....

Suara ketokan pintu mengalihkan perhatiannya.

"siapa?" tanyanya.

"Bunda" Hoyyizah membuka pelan pintu kamar Insia. Dengan cepat Insia mengahiri secara sepihak video callnya. Ia akan diomeli bunda karena belum juga makan dan mandi. Dari pada malu diomeli didepan Riki lebih baik dimatikan saja.

Insia tereyum kaku, ia tahu beberapa detik lagi bunda akan mengelurkan omelan mautnya.

Bunda meletakkan kedua tangannya ala-ala model, alias gaya yang sudah ia siapkan ketika akan mengomel.

"INSIA KAM- "ucapannya terpotong karena Insia yang sudah berlari dari depannya.

"IYA BUND INSIA MANDI"

"SETELAH MANDI, SOLAT DAN MAKAN SETELAH ITU ADA YAG INGIN BUNDA BICARAKAN" teriaknya karena ia tahu jika bicara pelan Insia tidak akan mendengar.

Mendengar itu Insia berhenti sejenak "MAU BICARA APA BUNDA?" tanyanya heran.

Insia merasa penasaran apa yang akan bundanya bicarakan, tidak biasanya bundanya menggantung omongannya. Ia segera berbalik badan menemuai bunda.

"ada apa bun, mau bicara apa bun, Insia ada salah ya, masa karena telat mandi dan makan bunda mau marahin Insia, kan gak lucu bunda......!"

Hoyyizah mencubit pipi Insia.

"mandi dulu, baru bunda kasi tau, setelah itu shalat magrib lanjut makan".

Insia menggenggam tangan bundanya, menggoyangkan kesana kemari seperti anak kecil.

"Sekarang aja bund"

Bunda melepas gengganman Insia.

"jangan keras kepala" ucapnya lalu meninggalkan Insia.

Insia menatap sedih jejak bundanya.

Sungguh sakit rasanya dicuekin bunda tersayang.

...

Setelah solat maghrib dan makan malam selesai, Insia sudah ditungu bundanya diamperan rumahnya.

Insia dengan segala kepanikan dan  bertanya-tanya pada dirinya apa yang akan dikatakan bundanya nanti.

"Sini duduk didekatku".

Dikursi sebelahnya ada Ambari, bapaknya.

"Khemmmm....." Hoyyizah memulainya

"Insia, kamu sudah dewasa, sudah waktunya bunda dan bapakmu mulai memikirkan pendamping hidupmu".

Mendengar kata-kata itu, Insia sudah mengerti bahwa dia akan dijodohkan dengan anak dari om dan tante yang minggu lalu itu.

Insia diam dengan seribu bahasa, meskipun kebiasaan Insia selalu menjawab apa yang dikatakan ibunya, tapi untuk kali ini dia tidak bisa berbicara.

"Anakku" Ambari menambahkan "kemaren om Ali dan tante Leha sengaja berkunjung kesini untuk mengetahui tentang dirimu dan tadi pagi mereka menelponku menanyakan kapan waktu yang tepat untuk melamarmu".

"nak, untuk kali ini bunda dan bapakmu meminta persetujuannmu untuk menerima lamaran Indra, lagian om Ali sepupu bapakmu, gak enak jika tidak diterima" ucap bunda.

"lagian Indra anak baik-baik, dia menjadi ustat di salah satu pesantren terbesar di Sumenep, aku yakin Indra bisa menjagamu dan membuatmu bahagia" ambari berusaha merayu anaknya.

"anakku tersayang, kapan lagi kamu bisa memenuhi keinginan bunda dan ayahmu kalau bukan sekarang".

"tahun ini kamu akan lulus MA, setelah itu terserah kamu, kamu sendiri yang akan menentukan kampus mana yang kau sukai, atau kamu mau lanjut mondok. Itu tersserah kamu".

"ini cuma tanda bahwa kamu sudah ada yang punya, kalo masalah pernikahan itu tergantung kamu dan tunanganmu yang menentukan".

Insia kemabali tak berdaya mendengar ucapan kedua orang tuanya.

Insia mengingat hubungannya dengan Riki yang begitu erat bahkan riki sudah berjaji akan melamarnya setelah lulus kuliah, hubungannya akan putus karena akan ditunangkan dengan Indra. Betapa sedihnya, Insia tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi orang tuanya untuk kali ini benar-benar serius.

Insia tak tetap tak menjawab sepatah kata pun.

Suara Adzan terdengar merdu, membuat hati Insia sedikit tenang.

Insia pamit undur diri untuk shalat berjamaah ke masjid "Ayah, Bunda Insia Solat Insyak dulu".

"ayo kita berangkat bareng ke masjid" ayah insia mengajaknya

"Ayo..."

Dengan perasaan kacau Insia selalu ingat pada Riki, lelaki yang sangat ia cintai. Namun apalah daya Insia hanya pasrah pada yang Maha Cinta.

...

Setelah Shalat berjamaah, Insia melakukan sesuatu yang bukan kebiasaanya. Dia tidak wiritan, turun lebih awal dari pada jamaah yang lain.

Setelah sampai dirumah, Insia langsung menghubungi Riki.

Not nenot nenot....

Not nenot nenot....

Not nenot nenot....!

Dering ponsel Riki berbunyi, Riki Kaget melihat ponselnya berdering dan nama yang muncul adalah nama kekasihnya.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam"

"Tumben Call bukan waktunya".

Insia dan Riki sudah mempunyai jadwal khusus untuk mengobrol lewat video Call atau dengan chatingan.

"Iya ada yang harus kucarakan padamu, ini sangat penting...."

"hahaha... itu sudah kebiasaanmu, biar aku kaget ya.... hahaha.... jangan tipu aku, aku udah lama kenal denganmu"

"pokoknya ini penting, ini mengenai hubungan kita".

Mendengar kata "Hubungan Kita" Riki mulai serius apa yang akan dikatakan kekasihnya.

Suara tangisan Insia mulai terdengar, membuat Riki semakin tidak mengerti apa yang terjadi.

"lo kok malah nangis, ada apa...?"

"maafin aku Rik..."

"kok malah minta maaf, kamu gak punya salah. Sebenarnya ada apa sih, ayo cerita...."

"gini Rik"

Suara tangisan Insia mulai jelas.

"Aku... oleh orang tuaku akan dijodohkan dengan Indra, anak sepupu bapakku"

Mendengar itu Riki tak berdaya, seolah dunia dan isinya telah binasa untuk selamanya.

"Maafkan aku, ini kemauan orang tuaku, aku tidak bisa berbuat apa-apa".

"kasih, akankah hubungan kita putus sampai disini..., padahal tadi siang setelah shalat dzuhur aku telah menceritakan semunya pada ayah dan ibuku bahwa setelah lulus kuliah aku kan melamarmu, dan orangtuaku merestui semua itu".

Mendengar itu Insia semakin tersedu-sedu.

"maafkan aku Rik, aku harus menuruti kemauan orang tuaku. Maafkan aku Rik, sungguh aku tak ada niat untuk menyakiti tapi ini semua terjadi atas hasrat orang tuaku".

"Kasih, mengapa kau berikan harapan sejauh ini padaku, jika kini diriku kau tinggalkan. Masih ingatkah kau, saat kita bertemu pertama kali dan kau sendiri yang mendekatiku hingga kita menjalin hubungan selama beberapa tahun".

Suara tangisan Insia semakin tersedu terdengar hingga parau.

"kasih, masih ingatkah kau? Saat kita menatap manja bintang gemintang dan kau sendiri yang berjanji untuk hidup bersama dan tak akan meninggalkanku kecuali ajal menjemputnya"

Riki berusaha kuat untuk tidak menangis, namun air matanya seolah-olah tidak akan rela jika tidak jatuh untuk mngiringi kepergian Insia.

Riki mengahiri panggilan secara sepihak karena tidak tahan atas kuat menahan rasa kecewanya.

...

Keesokan paginya Riki izin tidak masuk kampus dengan alasan sakit.

Tepatnya pada hari Senin pukul 08.15 Riki menghubungi insia.

Dring.......!

Dring.......!

Dring.......!

Dering ponsel Insia berbunyi, sudah ia duga siapa yang menghubunginya. Dugaannya benar, Riki ysng menelponnya. Segera Insia mengangkat panggilan tersebut.

"Waalaikumsalam"

"bagaimana kabarmu"

"hemmmm aku baik-baik saja"

Riki berusaha menampakkan dirinya tidaka apa-apa

"aku mohon hari ini kita ketemu ya, ada yang ingin saya sampaikan.Tempatnya dimana dulu kita dipertemukan pertama kali, jam 09.00"

Mendegar itu Insia senang karena akan bertemu dengan keksaihnya dan ini mungkin yang terahir kalinya.

Sampailah mereka pada tempat yang ditentukan.

Riki lebih awal sampai pada tempat yang ditentukan

"in..... sini" ucap riki

Insia menghapiri Riki

"sini duduk disampngku"

Mereka berdua duduk dengan mesra.

"kasih" Riki memulai duluan

"In, izinkan aku memeluk dirimu kali ini saja untuk mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja"

Riki mengucapkan kata-kata itu secara terpaksa.

Mendengar ucapan Riki seperti itu, Insia memeluk erat Riki sambil tersedu-sedu.

"maafkan aku rik, aku tidak bisa menepati janji yang pernah kuucap beberapa tahun lalu ditempat ini"

Mendengar itu Riki tidak kuat membendung air matanya.

"In, hari ini, ditempat ini, tempat dimana kita pertama kali kita dipetemukan oleh semesta aku melepasmu dengan terpaksa.  Terimakasih atas waktu yang kau sisihkan padaku, Semoga calon tunanganmu bisa menjagamu dengan baik dan semoga yang kedua kalinya dia benar-benar mencintaimu. Oh ya, pintaku yang terahir kalinya jangan lupakan tempat ini ya. Tempat inilah yang menjadi saksi dimana sepasang keksih dipertemukan dan ditempat ini pula dipisahkan".

Mendengar kata-kata itu Insia Pingsan.

Sumenep, 4-6 Juni 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun